Nationalgeographic.co.id – Jane Seymour adalah istri ketiga Raja Henry VIII dalam sejarah Abad Pertengahan. Terkenal kejam, dia mencapai apa yang tidak bisa dilakukan oleh istri-istrinya yang lain yaitu memberinya ahli waris laki-laki, Edward VI.
Namun, hidupnya berakhir pilu. Seymour meninggal hanya beberapa hari setelah melahirkan, meninggalkan warisan yang menarik sekaligus penuh teka-teki.
Istana Tudor adalah dunia kekuasaan, politik dan ambisi, tempat di mana kekayaan dapat diperoleh atau dihancurkan dalam sekejap mata.
Ketika Jane Seymour memasuki jaringan kompleks ini sebagai dayang, dia melangkah ke dunia di mana setiap tindakan diawasi dengan cermat.
Raja Henry VIII adalah 'matahari' yang mengelilingi istana. Keinginan serta suasana hatinya dapat menentukan nasib semua orang yang berada dalam wilayah pengaruhnya di sejarah Abad Pertengahan.
Sebelum bersama Seymour, Raja Henry VIII terlebih dahulu menikah dengan Catherine dari Aragon dan Anne Boleyn. Pergeseran status ini telah menciptakan peluang baru namun juga bahaya baru.
Anne pernah menjadi dayang seperti Jane. Dia telah naik menjadi ratu, hanya untuk dieksekusi. Hal ini adalah lingkungan yang bergejolak yang harus dihadapi Jane.
Peran Jane sebagai dayang menempatkannya dekat dengan ratu dan, lebih jauh lagi, raja. Posisi ini menawarkan peluang pengaruh yang tak tertandingi, namun juga memaparkannya pada keinginan dan bahaya dukungan kerajaan.
Pendahulunya, Anne Boleyn, adalah seorang ahli intrik istana namun pada akhirnya dikalahkan oleh hal tersebut. Sebaliknya, Jane mengambil sikap yang lebih pendiam dan tradisional, mungkin belajar dari nasib Anne.
Keanggunan dan kesederhanaannya menarik perhatian Henry VIII, yang semakin kecewa dengan Anne Boleyn. Pasalnya, Anne tidak bisa menghasilkan ahli waris laki-laki.
Anne, yang pernah menjadi bintang mempesona di istana Tudor, mendapati dirinya semakin terisolasi karena gagal menghasilkan ahli waris laki-laki yang sangat diinginkan Raja Henry VIII.
Sikapnya yang blak-blakan dan aktivisme politiknya, yang dulu dipandang menyegarkan, mulai membuat marah Henry.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR