Meskipun sifatnya sederhana, pernikahan tersebut merupakan pernyataan niat Henry, sebuah sinyal yang jelas bahwa ia ingin segera melupakan peristiwa-peristiwa penuh gejolak di masa lalu dan mengamankan garis suksesinya.
Sebagai permaisuri, Jane kini diharapkan memenuhi berbagai tugas, mulai dari berpartisipasi dalam fungsi seremonial hingga mengurus rumah tangganya sendiri.
Namun yang terpenting, harapan yang paling mendesak adalah agar dia melahirkan ahli waris laki-laki.
Keputusasaan Henry untuk mendapatkan seorang putra sudah diketahui umum, dan tujuan tunggal inilah yang mendorong sebagian besar kebijakan perkawinan dan agamanya.
Dia mengambil peran yang membuat kedua pendahulunya tersingkir—yang satu bercerai dan yang lainnya dieksekusi—terutama karena kegagalan mereka menghasilkan ahli waris laki-laki.
Jane sering digambarkan sebagai orang yang lembut dan patuh, karakteristik yang sangat dihargai sebagai permaisuri pada era Tudor.
Sikap ini membantunya menavigasi kompleksitas dan bahaya istana Tudor, di mana setiap tindakannya diperiksa dengan cermat untuk mencari tanda-tanda dukungan atau ketidaksukaan raja.
Hubungannya dengan Henry tampaknya merupakan hubungan kasih sayang yang tulus. Dia sering menyebutnya sebagai istri yang "paling dicintai".
Kelahiran Edward VI
Akhirnya, Jane melahirkan Edward VI pada 12 Oktober 1537. Acara ini disambut dengan perayaan gembira di seluruh Inggris dalam sejarah Abad Pertengahan.
Bagi Henry, kelahiran seorang putra adalah sebuah kemenangan pribadi, memvalidasi keputusan perkawinannya yang kontroversial dan mengamankan garis suksesi Tudor.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR