Nationalgeographic.co.id—Pericles adalah salah satu pemimpin terpenting pada periode klasik Athena di sejarah Yunani kuno.
Ia bertanggung jawab membangun kembali kota tersebut setelah Perang Persia yang menghancurkan pada tahun 502 hingga 449 SM.
Pericles juga merupakan pemimpin Athena selama Perang Peloponnesia (431 hingga 404). Dia meninggal selama Wabah Athena yang melanda kota antara 430 dan 426 SM.
Pericles sangat penting bagi sejarah Yunani klasik sehingga era di mana dia tinggal dikenal sebagai Zaman Pericles. Seperti apa awal kehidupannya?
Kehidupan Awal Pericles
Pericles lahir pada tahun 495 SM dalam keluarga Athena yang berpengaruh dan makmur. Ayahnya, Xanthippus, adalah seorang pemimpin militer terkenal yang memainkan peran penting dalam Perang Persia, terutama dalam Pertempuran Mycale pada tahun 479 SM.
Ibunya, Agariste, adalah anggota keluarga Alcmaeonid yang berkuasa dan aristokrat, yang memiliki sejarah panjang kedudukan politik di Athena.
Silsilah ini memberi Pericles landasan dan koneksi politik yang kuat yang nantinya akan mendukung kebangkitannya dalam politik Athena.
Selama tahun-tahun pembentukannya, Athena mengalami transformasi politik dan budaya yang signifikan. Kota ini beralih dari pemerintahan aristokrat menuju sistem yang lebih demokratis, sebuah perubahan yang sangat mempengaruhi cita-cita dan strategi politik Pericles.
Pendidikannya mencerminkan kekuatan intelektual pada masa itu. Dia dibimbing oleh beberapa pemikir terkemuka pada zamannya, termasuk musisi Damon, yang dikatakan telah memengaruhi keterampilannya dalam pidato dan kepemimpinan.
Pericles juga belajar di bawah bimbingan filsuf Anaxagoras, yang ajarannya tentang filsafat dan sains meninggalkan dampak jangka panjang pada pandangan dunianya.
Pemaparan terhadap berbagai disiplin ilmu membantu mengembangkan Pericles menjadi seorang pemikir menyeluruh, yang mampu memahami dan menangani berbagai aspek kehidupan Athena, mulai dari politik dan strategi militer hingga budaya dan filsafat.
Awal karier politiknya dimulai pada tahun 460-an SM. Dia pertama kali muncul di arena politik sebagai jaksa, menantang pejabat tinggi Cimon, yang merupakan pendukung kepentingan aristokrat dan kebijakan aliansi dengan Sparta.
Kemenangan hukum ini tidak hanya meningkatkan status Pericles tetapi juga menandakan pergeseran politik Athena menuju cita-cita yang lebih demokratis, selaras dengan keyakinan dan kebijakan Pericles sendiri.
Pada tahun 461 SM, Pericles memainkan peran penting dalam meloloskan serangkaian reformasi yang mengurangi kekuasaan Areopagus, sebuah dewan yang didominasi oleh aristokrasi Athena.
Akibatnya, mengalihkan sebagian besar wewenangnya ke lembaga-lembaga yang lebih demokratis yaitu ekklesia (majelis) dan dewan. heliaia (pengadilan hukum).
Reformasi ini sangat penting dalam memajukan proses demokrasi di Athena dan memberdayakan segmen masyarakat yang lebih luas.
Bagaimana Pericles Mengubah Athena?
Zaman Keemasan Athena, yang berlangsung sekitar tahun 480 SM hingga 404 SM, mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan Pericles, khususnya antara tahun 461 SM dan 429 SM.
Era ini ditandai dengan pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bidang seni, budaya, dan demokrasi, yang sebagian besar didorong oleh visi dan kebijakan Pericles.
Salah satu simbol paling ikonik pada periode ini adalah pembangunan Parthenon, yang dimulai pada tahun 447 SM di Acropolis. Keajaiban arsitektur ini dipersembahkan kepada dewi Athena. Bukan sekadar tempat suci keagamaan namun juga merupakan bukti kekuatan dan pencapaian estetika Athena.
Proyek ini merupakan bagian dari program pembangunan Periclean yang lebih besar yang mencakup Propylaea, Erechtheion, dan Kuil Athena Nike.
Struktur ini, dibuat di bawah bimbingan seniman ulung seperti Phidias, Ictinus, dan Callicrates, memamerkan kehebatan artistik dan teknik Athena.
Lanskap budaya Athena pada masa ini juga tak kalah semaraknya. Kota ini merupakan pusat bagi penulis naskah drama, filsuf, dan seniman.
Pengaruh Pericles meluas ke bidang pendidikan dan seni. Dia memupuk lingkungan di mana seni dan kegiatan intelektual berkembang.
Periode ini menyaksikan pertumbuhan retorika dan filsafat, dengan didirikannya sekolah-sekolah dan forum-forum publik untuk berdebat dan berdiskusi.
Pandangan Politik Pericles yang Kontroversial
Visi demokrasi Pericles revolusioner pada masanya dan sangat berpengaruh dalam perkembangan masyarakat Athena.
Prinsip demokrasinya berakar pada keyakinan bahwa semua warga negara, terlepas dari kekayaan atau status sosialnya, harus memiliki peran yang setara dalam pemerintahan negara.
Visi ini tercermin dalam serangkaian reformasi yang ia terapkan untuk memperluas partisipasi dalam demokrasi Athena.
Inti dari reformasi demokrasi Pericles adalah gagasan 'isonomia', atau persamaan di depan hukum. Ia meyakini keterlibatan setiap warga negara, tidak hanya elite, sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan negara.
Keyakinan ini mendorong diperkenalkannya langkah-langkah yang memungkinkan partisipasi warga negara yang lebih luas dalam proses politik.
Salah satu reformasinya yang paling signifikan adalah penerapan gaji pejabat publik dan juri sekitar tahun 450 SM.
Hal ini memastikan bahwa warga negara yang kurang mampu pun mampu berpartisipasi dalam tugas-tugas sipil, sehingga secara efektif mendemokratisasi sistem politik dan mengurangi dominasi elite kaya.
Pericles juga memperjuangkan majelis (ekklesia) sebagai badan pengambilan keputusan utama di Athena, di mana setiap warga negara laki-laki mempunyai hak untuk berbicara dan memilih.
Majelis ini menjadi landasan demokrasi Athena, yang memungkinkan adanya bentuk pemerintahan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya pada saat itu.
Di bawah Pericles, majelis memperoleh peningkatan kekuasaan dan pengaruh, membuat keputusan penting mengenai hukum, perang, dan kebijakan luar negeri.
Pendekatannya terhadap kepemimpinan dalam kerangka demokrasi juga patut diperhatikan. Pericles dikenal karena pidatonya yang persuasif, yang ia gunakan untuk berinteraksi dengan warga dan mempengaruhi majelis.
Ia menghormati proses demokrasi dan pendapat-pendapat DPR, meskipun pendapat-pendapat tersebut bertentangan dengan pandangannya sendiri.
Orasi Pemakamannya yang terkenal, sebagaimana dicatat oleh Thucydides, merangkum cita-cita demokrasinya, menekankan keunggulan cara hidup dan pemerintahan Athena.
Namun, visi demokrasi Pericles bukannya tanpa kritik. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa gaya kepemimpinannya mendekati populisme dan kebijakannya terkadang terlalu radikal.
Mereka berpendapat bahwa pengaruhnya terhadap dewan dan masyarakat begitu kuat sehingga terkadang menutupi proses demokrasi itu sendiri.
Kepemimpinan Militernya selama Perang Peloponnesia
Pendekatan Pericles terhadap kepemimpinan militer mencerminkan visinya yang lebih luas untuk Athena, dengan memprioritaskan stabilitas dan kemakmuran kota dalam jangka panjang.
Selama Perang Peloponnesia Pertama, Pericles memimpin beberapa kampanye militer. Strateginya dicirikan oleh kombinasi kekuatan angkatan laut dan pertempuran darat yang selektif.
Menyadari supremasi angkatan laut Athena, ia fokus pada perlindungan rute laut dan memperluas pengaruh Athena di Laut Aegea.
Pendekatan ini efektif dalam melawan Liga Peloponnesia yang dipimpin Spartan, meskipun mereka unggul dalam peperangan berbasis darat.
Pecahnya Perang Peloponnesia Kedua pada tahun 431 SM membuat Pericles mengadopsi strategi pertahanan.
Dia mengusulkan 'Strategi Periclean', yang melibatkan menghindari pertempuran darat langsung dengan tentara Sparta, alih-alih mengandalkan kekuatan angkatan laut Athena untuk mengganggu pantai musuh dan mengamankan pasokan penting.
Pericles menyarankan warga Athena untuk mundur ke dalam Tembok Panjang kota, serangkaian benteng yang menghubungkan Athena ke pelabuhannya di Piraeus, untuk memastikan jalur pasokan yang aman dari laut.
Strategi ini bertujuan untuk meminimalkan risiko terhadap Athena sambil memanfaatkan dominasi angkatan lautnya untuk melemahkan musuh.
Wabah Athena dan Kematian Tragis Pericles
Wabah Athena adalah epidemi dahsyat yang melanda kota ini pada tahun 430 SM, pada tahun kedua Perang Peloponnesia.
Peristiwa bencana ini mempunyai konsekuensi yang luas bagi Athena, baik dari segi korban jiwa maupun dampaknya terhadap struktur sosial dan politik kota tersebut.
Asal muasal wabah ini tidak diketahui dengan jelas, namun diyakini dibawa ke Athena melalui pelabuhan Piraeus, kemungkinan berasal dari Ethiopia.
Penyakit ini menyebar dengan cepat ke seluruh kota, diperburuk oleh kepadatan penduduk karena Pericles sebelumnya memerintahkan penduduk pedesaan untuk pindah ke dalam tembok kota untuk menghindari serangan Spartan.
Kondisi yang sempit dan tidak sehat menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran penyakit.
Gejala-gejala wabah tersebut, seperti yang dijelaskan oleh sejarawan Thucydides, sangat mengerikan. Hal ini mencakup demam, mata merah, sakit tenggorokan dan lidah, serta perasaan tercekik yang tak tertahankan.
Penyakit ini melanda kota selama sekitar lima tahun, dengan berbagai gelombang infeksi. Diperkirakan penyakit ini merenggut nyawa sekitar sepertiga penduduk Athena.
Struktur sosial dan ekonomi kota sangat terkena dampaknya, karena tidak hanya masyarakat umum tetapi juga banyak pekerja terampil dan pemimpin yang terkena penyakit ini.
Pericles, yang menjadi kekuatan penuntun di balik strategi Athena dalam Perang Peloponnesia dan reformasi demokrasinya dalam sejarah Yunani kuno, juga menjadi salah satu korbannya. Dia meninggal pada tahun 429 SM.
Kematiannya menandai pukulan besar bagi Athena, karena kehilangan pemimpinnya yang paling berpengaruh di sejarah Yunani kuno.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR