Selain itu, hiburan populer pada masa itu cenderung penuh kekerasan dan dapat melibatkan binatang, seperti babi hutan, beruang, dan banteng. Kegiatan seperti memancing babi hutan melibatkan anjing berburu dan pemburu yang berusaha untuk menaklukkan binatang incaran sebagai bentuk hiburan.
Agar kegiatan semacam itu tidak menjadi terlalu berbahaya atau berdarah-darah, pemerintah dan otoritas setempat juga mengatur dan mengawasi acara-acara tersebut.
Dalam Alkitab, anjing sering digambarkan sebagai bintang yang kotor. Amsal 26:11 secara terkenal menggambarkan bagaimana mereka kembali ke muntahannya sendiri.
Di sisi lain, kisah St. Roch adalah salah satu contoh dari sudut pandang yang berbeda. Kisah St Roch dalam Legenda Emas, sebuah koleksi populer abad ke-13 tentang kehidupan orang-orang kudus, menceritakan tentang seekor anjing yang membawa roti kepada orang kudus yang kelaparan, lalu menyembuhkan lukanya dengan menjilati luka tersebut.
Kisah anjing yang membela pemiliknya atau meratapi pemiliknya yang telah meninggal juga dapat ditelusuri kembali ke periode klasik, seperti Sejarah Alam Pliny the Elder.
Tema tersebut diulang dalam tradisi bestiary abad pertengahan, sebuah ringkasan moral tentang pengetahuan tentang hewan, baik yang nyata maupun mitos.
Kisah seekor anjing greyhound, Guinefort, bahkan mengilhami sebuah kultus santo yang tidak resmi. Kisah ini ditulis di abad ke-13, oleh inkuisitor dan pengkhotbah Dominika, Stephen.
Ceritanya berkisar pada seorang bayi yang ditemukan tak bernyawa di rumah seorang bangsawan. Tanpa mengetahui fakta sebenarnya, keluarga bangsawan berspekulasi bahwa Guinefort, anjing peliharaan keluarga tersebut, telah membunuh bayi itu. Mereka pun kemudian membunuh Guinefort sebagai pembalasan.
Setelah menemukan sang anak tidak terluka (anjing itu benar-benar telah menyelamatkannya dari ular berbisa), mereka menghormati anjing yang "mati syahid" itu dengan penguburan yang layak. Hal ini juga menyebabkan pemujaan dan dugaan mukjizat penyembuhan.
“Meskipun kisah Stephen dimaksudkan untuk menyoroti dosa dan … takhayul, kisah ini tetap menggarisbawahi apa yang orang abad pertengahan anggap sebagai kualitas khusus yang membedakan anjing dari hewan lain,” kata Emily.
Menyitir sebuah Aberdeen Bestiary yang diduga berasal dari tahun 1200-an, Emily menambahkan, "Tidak ada makhluk yang lebih cerdas daripada anjing, karena anjing memiliki lebih banyak pemahaman daripada hewan lain; mereka sendiri mengenali nama mereka dan mencintai tuannya."
Source | : | the conversation |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR