Tulisannya ada di dinding; Escobar kembali menang. Mungkin menambah penghinaan terhadap hal ini, pemerintah menambahkan amandemen terhadap konstitusi yang menyatakan bahwa pemerintah tidak dapat mengekstradisi warga negara ke Amerika Serikat.
Escobar bebas melakukan apa pun yang dia suka karena pemerintah mengizinkan dia menjalankan penjara sesuai keinginannya.
Seringkali Pablo mengundang pemain sepak bola profesional, pelacur, dan pesta di penjaranya dalam banyak kesempatan.
Pemerintah Menindak Keras
Pablo Escobar hanya menghabiskan 13 bulan di La Catedral sebelum melarikan diri pada 22 Juli 1992. Pelariannya masih menjadi misteri, tetapi tidak diragukan lagi, dia telah menyuap untuk mencapai posisi puncak di pemerintahan.
Ketika dua pejabat datang dan memberitahunya bahwa keadaan telah berubah dan dia dipindahkan ke lokasi yang lebih aman di bawah kendali pemerintah, Escobar menyandera mereka.
Namun, sebelum dia bisa membunuh mereka, terjadi baku tembak, dan Escobar berhasil melarikan diri dalam keributan tersebut. Ini adalah titik balik bagi pemerintah Kolombia.
Mereka tidak bisa lagi menutup mata terhadap kekejaman Escobar. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk melancarkan serangan habis-habisan terhadap gembong narkoba tersebut.
Pencarian besar-besaran pun terjadi, dan meskipun sumber daya telah dikerahkan untuk menangkapnya, Escobar berhasil menghindari penangkapan selama tujuh belas bulan.
Akhirnya, baru sehari setelah ulang tahunnya yang ke-44, Escobar tewas dalam baku tembak dengan Polisi Nasional Kolombia.
Warisan Escobar Saat Ini
Meskipun banyak yang percaya bahwa masa tinggal Pablo Escobar di La Catedral hanyalah cara baginya untuk melanjutkan aktivitas ilegalnya, tidak dapat disangkal bahwa penjara melambangkan kekuasaan dan pengaruhnya.
La Catedral akan selamanya menjadi salah satu penjara paling terkenal di sejarah dunia, dan berfungsi sebagai pengingat akan bahaya kekuasaan kartel. Tempat ini juga berfungsi sebagai rumah sakit jiwa bagi orang miskin dan lanjut usia yang dikelola oleh para biarawan Benediktin.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR