Mungkin temuan terbesar dari laporan tersebut adalah bahwa Nazi membeli perlengkapan perang penting dari negara-negara netral dengan menggunakan franc Swiss yang diperoleh sebagai imbalan atas emas yang dijarah oleh Nazi dari negara-negara pendudukan dan dari individu korban kamp konsentrasi. Bahan-bahan tersebut termasuk tungsten dari Portugal dan Spanyol; bantalan bola dan bijih besi dari Swedia; dan bijih kromit dari Turki—semuanya penting bagi upaya perang Jerman.
Meskipun negara-negara netral sering menyebutkan ketakutan akan pembalasan Jerman sebagai motivasi mereka untuk mempertahankan perdagangan dengan Jerman, laporan tersebut menemukan bahwa banyak diantaranya yang terus melakukan perdagangan hingga tahun 1944, sementara Swiss terus melakukan perdagangan hingga akhir perang pada tahun 1945.
Laporan tersebut juga mencatat bantuan militer yang ditawarkan oleh negara-negara netral. Spanyol, yang perang saudaranya baru saja berakhir pada awal Perang Dunia II, mengirimkan pasukan ke front Rusia untuk membantu angkatan bersenjata Jerman.
Portugal memberikan akses kepada Inggris ke pangkalannya di Azores. Swedia mengizinkan pasukan Jerman melintasi wilayahnya untuk mencapai Finlandia untuk melawan pasukan pendudukan Soviet, serta untuk memfasilitasi pendudukan Norwegia. Mereka juga melindungi pelayaran Jerman di Baltik.
Keputusan dan tindakan satu negara sering kali tidak konsisten. Argentina lebih banyak berdagang dengan Sekutu dibandingkan dengan negara-negara Poros, tetapi para pemimpinnya pada masa perang lebih condong ke arah fasisme. Negara itu merupakan pusat spionase, penyelundupan, dan propaganda Poros, dan sudah lama dicurigai sebagai tujuan penjarahan aset Nazi.
Terlepas dari tindakan-tindakan yang bertentangan ini, negara-negara netral menawarkan perlindungan kepada 250.000 orang Yahudi yang melarikan diri dari Holocaust, meskipun respons masing-masing negara berbeda-beda.
Bagaimanapun, banyak negara netral dalam sejarah Perang Dunia II masih menjunjung dan memilih kemanusiaan dan bahkan kepahlawanan ketimbang ikut mengambil kue perang. Hal ini, bagaimanapun, berdampak baik pada pemerintahan dan masyarakat mereka dalam mengarungi sejarah Perang Dunia II.
Source | : | History.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR