Pinaloka saat ini bekerja sama dengan petani lokal dari desa Tanjung kuras, desa Penyengat, desa Temusai dan desa Lalang dengan potensi luasan perkebunan nanas 3.380 hektar, yang melibatkan 33 petani dan 21 perempuan untuk mengolah produk nanas.
Targetnya, pada akhir tahun 2024 akan melibatkan 100 petani dan memastikan tinggi rata-rata lahan gambut 40 sentimeter agar lahan gambut tetap basah dan terhindar dari kebakaran.
Pengelolaan nanas ini menggunakan metode pertanian berkelanjutan untuk menjaga kualitas tanah dan lingkungan sekitar yang menghasilkan nanas berkualitas tinggi dengan cita rasa manis dan segar. Nanas ini diolah menjadi jus hingga makanan ringan sebagai produk Pinaloka.
Wulan Suci Ningrum, Perwakilan Pinaloka dan Penggerak Laboratorium Alam Siak Lestari (ASL) mengungkapkan kelebihan tanaman nanas untuk mencegah kebakaran di lahan gambut, “penanaman nanas yang rapat ditambah daunnya yang tebal lebih tahan terhadap api, sehingga jika terjadi kebakaran api bisa diredam.
Tanaman nanas juga mampu menjaga kelembaban lahan gambut dengan ditanam secara tumpang sari bersama vegetasi naungan lainnya. Salah satunya karena daunnya mencegah penguapan air yang diakibatkan oleh paparan sinar matahari.
Semula masyarakat membiarkan lahan-lahan gambut tersebut menganggur dan ditumbuhi semak-semak. Karena akarnya yang berserabut dan daunnya yang tipis, tanaman ini dengan cepat terbakar jika ada api.
Alhasil semak-semak itu kemudian dibersihkan dan ditanami nanas oleh masyarakat. Sejak saat itu kebakaran menjadi semakin berkurang bisa dilihat dari titik api di periode 2015-2018 yang ada lebih dari 500 titik api terus berkurang sampai di tahun 2023 menjadi 69 titik api.
Selain itu dari sisi perkembangan usaha nanas Pinaloka dengan koneksi ke mitra Horeca nasional seperti Anomali berhasil meningkatkan produksi dari yang tadinya 8 liter sirup per bulan saat ini mencapai 80 liter sirup per bulan, harapannya dengan kolaborasi ini semakin meningkatkan transaksi Pinaloka dan perkembangan ekonomi masyarakat Siak.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR