Nationalgeographic.co.id - Di Belgia, Ambiorix kini dianggap sebagai pahlawan nasional yang dengan gagah berani melawan pasukan Caesar di Romawi kuno dalam Perang Galia yang terkenal pada sekitar tahun 54/53 SM. Ambiorix akan tetap menjadi sosok yang tidak jelas seandainya Julius Caesar tidak menyebutkannya secara terang-terangan dalam catatannya tentang Perang Galia.
Nama Ambiorix mungkin berarti 'Raja Pelindung'. Dan sesuai dengan namanya, kemungkinan besar dia adalah raja gabungan dari sukunya dengan orang lain yang bernama Cativolcus.
Selama invasi Kekaisaran Romawi yang dipimpin Julius Caesar di Gaul dan Belgica, sebuah suku kecil bernama Eburones secara mengejutkan memberontak. Ambiorix selama perang ini telah menipu orang-orang Romawi agar percaya bahwa dia tidak bermaksud jahat kepada mereka, sambil menyergap mereka hingga melakukan pembantaian setelah memastikan mereka mendapatkan jalur yang aman. Dia melakukannya berkali-kali sebelum Caesar datang menyelamatkan salah satu unitnya.
Dari Suku yang Dibebaskan Romawi
Pada musim panas tahun 57 SM, jenderal Romawi Julius Caesar menyerbu negeri yang terletak di tepi sungai Scheldt dan Meuse. Unjuk kekuatan ini menandai dimulainya pendudukan Romawi di lembah Meuse, yang berlangsung selama lebih dari empat setengah abad.
Pada mulanya, bangsa Romawi puas dengan pembubaran ikatan politik lama. Misalnya, suku-suku yang kuat dipaksa untuk membebaskan suku-suku kliennya (yaitu suku-suku yang bergantung pada mereka). Satu-satunya tindakan yang benar-benar represif adalah dengan menyandera, yang merupakan sebuah instrumen umum untuk membuat rakyat tetap tunduk.
Di antara mereka yang dibebaskan pada musim gugur tahun 57 SM, adalah suku Eburones, suku yang tinggal di antara sungai Meuse dan Rhine. Mereka mungkin bersyukur pada awalnya.
Namun hal ini berubah pada musim dingin tahun 55/54 SM, ketika bangsa Romawi untuk pertama kalinya membangun perkemahan di Prancis utara dan Belgia, dan beban pendudukan menjadi lebih berat. Namun, orang-orang Romawi tidak memperhatikan atau mengabaikan ketidakpuasan mereka.
Sebaliknya, mereka menghabiskan musim panas di Inggris, tempat Caesar mengalahkan Casivellaunus, pemimpin perang suku-suku Inggris yang bersatu. Dalam ketidakhadiran mereka, suku-suku Belgia – yang bahkan lebih tidak puas lagi karena hasil panen yang buruk – mempersiapkan pemberontakan.
Ketika legiun kembali dan menyebar ke tempat tinggal musim dingin mereka, para pemberontak siap menyerang. Mereka mengatur waktu serangan mereka dengan sangat baik: pada musim dingin, ketika Caesar pergi ke selatan untuk mengunjungi provinsinya, Gallia Cisalpina di Italia utara. Target pertama mereka juga dipilih dengan baik: Legiun Keempat Belas yang baru direkrut dengan lima kelompok, ditempatkan di antara suku Eburones.
Pemimpin pemberontakan tersebut adalah Indutiomarus, pemimpin Treverian, suku yang tinggal di lembah Moselle. Tidak jelas apa yang memberinya hak untuk memerintahkan suku Eburones menyerang Romawi, tetapi kemungkinan besar suku Eburones telah menjadi suku klien Treverian.
Pihak Romawi marah besar saat pihak pemberontak mampu mengalahkan legiun Sabinus dan Cotta yang berada di pihak Kekaisaran Romawi. Penghancuran legiun Sabinus dan Cotta merupakan pukulan telak bagi prestise Romawi, dan bagi Caesar, sangatlah penting untuk memulihkannya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR