Contohnya ada Marcus Furius Camillus bisa menjabat sebagai diktator lima kali. Di masa-masa terakhir Republik Romawi, Julius Caesar pernah menjabat dua kali diktator sejak 49 SM, dan diperpanjang menjadi seumur hidup sejak 44 SM.
Mengakali durasi masa jabatan dengan mengubah kalender mengakibatkan penanggalan Romawi berantakan. Kesemerawutan ini juga yang kelak dibereskan oleh Julius Caesar melalui kalender Julian.
Ada pun posisi diktator sangat berkuasa selama pemerintahan Republik Romawi. Keputusannya tidak dapat diveto atau diajukan banding oleh lembaga pemerintahan lain.
Mereka mengatur negara secara pribadi, termasuk regulasi wajib militer, mengadakan kampanye militer, dan termasuk menganiaya musuh negara.
Diktator tidak bisa dimintai pertanggungjawaban selama bertugas, meski masa kekuasaannya telah berakhir.
Kewenangan diktator dapat menjadi pengganti konsul dengan catatan telah ditunjuk oleh Comita Centuria.
Pengalaman ini pernah terjadi pada masa Quintus Ogulnius Gallus yang menjadi diktator sebagai pengganti konsul untuk memimpin festival keagamaan yang menghormati Yupiter pada n 257 SM. Konsulnya sendiri tengah bertempur dalam Perang Punisia Pertama.
Kala diktator menjadi kaisar
Kejatuhan sistem republik pada Romawi bukan hanya karena adanya Julius Caesar yang menjadi diktator seumur hidup, dan perebutan kuasa triumviratnya bersama Pompey Magnus, dan Marcus Licinius Crassus.
Posisi diktator sempat dibekukan selama 120 tahun. Ada berbagai alasan, salah satunya karena kekhawatiran para Senat akan adanya kemunduran kebebasan sipil Republik Romawi dengan jabatan ini.
Sebelum ditiadakan, diktator sebelumnya adalah Gaius Servilius Geminus yang ditunjuk pada 202 SM.
Jabatan ini dihidupkan lagi oleh jenderal Lucius Cornelius Sulla yang menjabat sebagai diktator pada 81 SM dengan ditunjuk oleh dirinya sendiri.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR