Tekadnya mendorong Brutus untuk mengungkapkan rencananya untuk membunuh Caesar. Terlebih lagi, tulis Plutarch, dia menginspirasinya untuk melihat plotnya sampai akhir.
“Ketika dia melihat lukanya, Brutus, takjub, dan mengangkat tangannya ke surga. Ia berdoa agar berhasil dalam usahanya dan dengan demikian menunjukkan dirinya sebagai suami yang layak bagi Porcia.”
Setelah kematian Caesar pada tanggal 15 Maret 44 SM, Brutus melarikan diri dari Roma untuk menghindari kemarahan loyalis Caesar. Sementara Porcia tetap tinggal di ibu kota. Dia mengikuti nasib suaminya saat dia berjuang mempertahankan republik melawan Oktavianus, pewaris Caesar, yang bersekutu dengan Mark Antony. Akhirnya, Porcia menerima kabar bahwa Brutus telah dikalahkan dalam Pertempuran Filipi (42 SM). Dan seperti ayahnya, Cato, suaminya pun bunuh diri.
Apa yang terjadi selanjutnya tidak diketahui secara pasti. Akhir yang lebih dramatis adalah Porcia yang hancur dan bunuh diri, baik dengan menelan batu bara panas atau menghirup karbon monoksida.
Dalam salah satu versi, penyair Martial menulis bahwa Porcia mencari senjata untuk mengakhiri hidupnya. Konon senjata itu disembunyikan oleh pelayan. Ia berseru, “'Kamu belum tahu bahwa kematian tidak dapat disangkal. Aku mengira ayahku yang mengajarimu pelajaran ini dari takdirnya.”
“Dia berbicara dan dengan mulut penuh semangat menelan bara api itu,” Plutarch menceritakan kisah serupa.
Simbol kekuatan dalam sejarah Romawi
Namun, ada satu bukti penting yang meragukan tindakan bunuh diri Porcia. Negarawan dan orator Romawi, Cicero, menulis surat kepada Brutus pada tahun 43 SM. Cicero meratapi kematian Porcia, artinya Porcia meninggal sebelum suaminya. Kata-kata Cicero menyiratkan bahwa dia meninggal karena sebab alamiah.
Legenda bunuh diri dengan kekerasan muncul belakangan, namun mengakar dalam imajinasi populer.
Brutus berkomentar tentang istrinya, “Meskipun dia tidak sekuat laki-laki, dia sama gagah berani dan aktifnya demi kebaikan negaranya seperti yang terbaik di antara kita.” Tidak diragukan lagi, Porcia dipandang sebagai simbol kekuatan dalam sejarah Romawi.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR