“Sepanjang 235 hari, baik Cortes maupun orang Spanyol di Tenochtitlan tidak menulis laporan kepada raja atau siapa pun di luar kota. Mereka tidak merinci kendali mereka atas kota dan kekaisaran,” tulis Restall. “Namun mereka mengaku memiliki tinta dan kertas—untuk mengesahkan penyerahan Moctezuma.”
Keterangan langsung dari penduduk setempat menunjukkan kehidupan Moctezuma berjalan normal setelah ia menerima tamu-tamu Spanyolnya. Sang raja menerima duta besar, utusan menyampaikan penghormatan dan memberikan pidato publik. Sedangkan dalam suratnya yang kemudian kepada Raja Carlos, Cortes melaporkan bahwa Moctezuma pergi berburu dan berkeliling kota dengan rombongan. “Setidaknya selalu berjumlah 3.000 orang,” lapor Cortes.
Pendeta dan sejarawan Spanyol Bartolome de Las Casas menulis surat kepada raja dan pejabat tinggi pengadilan. Ia menyampaikan bahwa penyerahan Moctezuma adalah sebuah kebohongan. Namun suratnya tidak diindahkan. Fakta penyerahan diri sangat penting untuk membenarkan pengepungan Tenochtitlan.
Cacar memusnahkan Suku Aztec
Berbagai wabah penyakit yang ditularkan di Eropa membinasakan Suku Aztec dalam beberapa dekade setelah tahun 1519. Wabah terbesar terjadi antara tahun 1545 hingga 1550, dilaporkan menewaskan 90 persen populasi di beberapa wilayah. Gelombang kedua cocoliztli yang misterius, kata Nahua untuk penyakit sampar, terjadi pada tahun 1576. Perkiraan jumlah korban tewas antara 7 dan 17 juta orang di dataran tinggi Meksiko. Penelitian baru menunjukkan bahwa penyebabnya mungkin bukan cacar, melainkan salmonella.
Para penyintas terpaksa beradaptasi dengan kehidupan dengan cara baru. Untuk mendapatkan tingkat keamanan tertentu dan status, diperlukan penerimaan terhadap agama Katolik.
“Keluarga Kerajaan Aztec terus mendapatkan hak istimewa setelah penaklukan selama beberapa generasi,” katanya. “Mereka adalah elite, penguasa lokal yang memiliki properti, kekayaan, dan kekuasaan.”
Putri Moctezuma, Tecuichpochtzin, yang kemudian dikenal sebagai Dona Isabel Moctezuma Tecuichpo, menikah dengan penakluk Juan Cano. Putra-putranya dianggap bangsawan Spanyol dan gelar turun-temurun mereka, Adipati Moctezuma de Tultengo, masih digunakan.
Setelah penaklukan, hanya sedikit orang yang mau mengakui kesalahannya. Terlalu banyak orang berkuasa yang ingin memperoleh sesuatu, baik itu hak milik, tanah, dan rampasan perang lainnya.
“Diperlukan waktu berabad-abad untuk mengubah Tenochtitlan menjadi Mexico City,” tulis Restall, “tetapi hanya perlu beberapa generasi untuk menyebarkan sejarah yang berbeda. Untuk menceritakan serangkaian kebohongan tentang Moctezuma dan Suku Aztec dan menjadikannya sebagai kebenaran sejarah Aztec.”
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR