Sultan Abdul Hamid menolak tawaran ini dan membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina sebagai tindakan pencegahan.
Sultan Abdul Hamid, mengetahui kesulitan yang dialami negara, berusaha bergaul dengan semua negara melalui diplomasi yang baik. Dia mendapat manfaat dari keseimbangan kekuatan antara Inggris, Rusia dan Jerman.
Pada saat yang sama, ia mencoba menggunakan pengaruh kekhalifahan untuk memberikan reputasi dan rasa aman bagi umat Islam di dunia.
Dia berjuang melalui cara-cara diplomatik untuk bermain melawan Islam atau Ottoman yang dilarang tampil di panggung Eropa, dan dia berhasil.
Sultan mendirikan madrasah dan masjid di kota-kota tempat tinggal umat Islam di seluruh dunia. Dia mengirimkan bantuan dan uang kepada para ulama.
Untuk melemahkan pengaruh kekhalifahan, Inggris melalui Jamal al-Din al-Afghani menyebarkan di dunia Arab bahwa kekhalifahan sultan Ottoman tidak sah.
Kebijakan sultan yang menganut Islam tradisional dan menentang modernisme juga mendapat penolakan dari sebagian ulama.
Sultan Abdul Hamid mendirikan badan intelijen modern pada tahun 1880 ketika ia menyaksikan beberapa kudeta dan upaya pembunuhan.
Beliau melarang penerbitan surat kabar dan buku-buku yang menghina agama, menentang individu, melanggar ketertiban umum, dan menentang negara asing dengan cara yang mengganggu hubungan politik.
Selain itu, lawan-lawannya juga mengarang bahwa sensor diterapkan karena takut akan kata-kata seperti kebebasan, Parlemen, atau Murad.
Sultan memperkenalkan prinsip bahwa buku-buku agama harus dipresentasikan kepada komite ulama sebelum diterbitkan dan harus mendapatkan izin.
Dia melacak percetakan ilegal dan menghancurkan buku-buku yang mereka cetak tanpa izin. Nantinya, ini akan digunakan untuk melawan lawan-lawannya karena "dia membakar buku-buku agama".
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR