Nationalgeographic.co.id—Wang Cong'er adalah seorang wanita yang hidup di Kekaisaran Tiongkok pada abad ke-18 Masehi. Dia terkenal karena perannya sebagai pemimpin White Lotus Society yang melakukan pemberontakan terhadap Kekaisaran Tiongkok. Pemberontakan yang dilakukan merupakan pemberontakan rakyat berskala besar melawan Dinasti Qing yang dilancarkan pada tahun 1796.
Wang Cong'er adalah salah satu pemimpin pemberontakan yang tangguh dan terbukti mampu bertahan melawan tentara Dinasti Qing. Meskipun dianggap pemberontak oleh pemerintahan Qing pada masanya, Wang Cong'er dinobatkan menjadi pahlawan wanita di zaman modern. Bahkan ada yang membandingkan pemimpin pemberontak ini dengan pejuang wanita legendaris Tiongkok, Hua Mulan.
“Namun banyak perdebatan mengenai kesamaan antara keduanya,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.
Seorang pemain akrobat dan seniman bela diri yang terampil di Kekaisaran Tiongkok
Wang Cong'er lahir pada tahun 1777. Dia berasal dari Xiangyang, yang terletak di barat laut Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah. Ia adalah seorang penghibur keliling sebelum menjadi pemimpin di White Lotus Society. Mungkin karena keahliannya itulah dia menjadi pemain akrobat dan seniman bela diri yang terampil.
Wang Cong'er menikah dengan seorang pria bernama Qi Lin. “Suaminya itu pernah menjadi pejabat di yamen (kantor administrasi dan/atau kediaman birokrat Tiongkok setempat) di Xiangyang. Qi Lin kemudian menjadi pemimpin terkemuka Sekte West Paradise Mahayana, salah satu dari tiga cabang White Lotus Society.
White Lotus Society
Pada tahun 1795, White Lotus Society berencana melancarkan pemberontakan besar-besaran melawan Kekaisaran Tiongkok. Kelompok yang bersedia ikut serta dalam pemberontakan dibekali senjata. Kelompok Qi Lin dan Wang Cong’er adalah salah satunya.
Namun plot tersebut diketahui oleh pejabat pemerintah, mereka pun mulai menindak anggota komunitas. Akibatnya banyak anggota yang ditangkap. Selain itu, lebih dari 100 anggota terkemuka Sekte West Paradise Mahayana, termasuk Qi Lin dieksekusi saat itu.
Akar keagamaan White Lotus Society dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-5 M. Namun perkumpulan ini terbentuk pada masa Dinasti Qing, yaitu sekitar pertengahan abad ke-12 M. Saat didirikan, gerakan ini resmi dilarang oleh pemerintah Kekaisaran Tiongkok. Meskipun demikian, ajaran White Lotus Society sederhana dan mudah dipahami sehingga menarik banyak pengikutnya.
Pada awal Dinasti Yuan, White Lotus Society mendapat pengakuan resmi. Perkumpulan ini bahkan disponsori oleh pemerintah, sehingga mengubahnya menjadi lembaga Buddhis yang penting.
White Lotus Society didasarkan pada ajaran Buddha dan awalnya berfokus pada aspek meditatifnya. Namun seiring berjalannya waktu, ajaran agama lain dimasukkan ke dalamnya. Perkumpulan itu pun mengambil peran menjadi penyelamat rakyat.
Salah satu kepercayaan yang sangat populer di kalangan ini adalah bahwa Bodhisattva Maitreya akan turun dari Surga untuk menyelamatkan manusia. Untuk mempercepat kedatangannya, anggota White Lotus Society percaya bahwa Dinasti Yuan harus digulingkan. “Karena alasan itu, mereka pun mulai memberontak,” tambah Mingren. Hal ini membuat khawatir para penguasa Mongol, yang akhirnya memutuskan untuk melarang perkumpulan tersebut. Kebijakan ini dilanjutkan oleh Dinasti Ming dan Qing di Kekaisaran Tiongkok.
Gaya perang Wang Cong'er
Wang Cong’er ditunjuk sebagai pemimpin perkumpulan kelompoknya setelah kematian suaminya. Bersama wakilnya, Yao Zhifu, Wang Cong'er mulai menyerang kota. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kesuksesan Wang Cong’er adalah strategi agresifnya. Sedangkan pengikut perkumpulan lainnya mengadopsi strategi militer defensif, yang mengakibatkan mereka dikalahkan oleh pasukan pemerintah. Wang Cong'er, sebaliknya, melakukan serangan dan menyukai taktik perang gerilya.
Pada tahun 1797, pemberontak Wang Cong'er tiba di Sichuan. Di sana mereka menggabungkan kekuatan dengan anggotan White Lotus Society lainnya. Pasukan yang berkumpul telah diorganisasi kembali, meskipun tidak ada persatuan yang nyata di antara mereka. Misalnya, para pemberontak tidak bersedia melakukan pertahanan bersama melawan tentara yang mendekat. Hal ini menyebabkan Wang Cong’er menarik pasukannya kembali ke Provinsi Hubei.
Pemberontak atau pahlawan di Kekaisaran Tiongkok?
Kekuatan utama pasukan pemerintah dikirim untuk mengejar Wang Cong’er. Untuk menangkapnya, ia dijebak oleh milisi lokal di sebuah lembah di Sungai Shancha ketika mereka memasuki Yunxi di Hubei. Pasukan Qing juga segera tiba dan Wang Cong'er serta para pemberontaknya terjebak. Upaya untuk mendobrak blokade gagal. Dan Wang Cong’er akhirnya bunuh diri dengan melompat dari tebing.
Di zaman modern, kehidupan Wang Cong'er dipuja dan sang pemberontak pun berubah menjadi pahlawan wanita. Selain itu, ia dibandingkan dengan Hua Mulan yang legendaris. Meskipun kedua sosok ini memang merupakan pejuang wanita yang tangguh, keduanya tidak memiliki banyak kesamaan.
Wang Cong'er berjuang untuk menggulingkan pemerintahannya tetapi Hua Mulan berjuang untuk melindungi pemerintahannya dari penjajah asing. Selain itu, Wang Cong'er termotivasi oleh ramalan untuk melawan Dinasti Qing. Menurut beberapa sumber, Wang Cong'er juga dikabarkan ingin membalas kematian suaminya. Di sisi lain, motivasi Hua Mulan adalah berbakti karena ia ingin menggantikan ayahnya yang sudah lanjut usia di militer.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR