Nationalgeographic.co.id—Ketika kita memikirkan tentang anatomi saat ini, berbagai gambaran muncul di benak kita. Mungkin Anda dibawa kembali ke masa SMA, ketika membedah organ katak adalah jendela pertama Anda untuk melihat bagian dalam tubuh. Atau mungkin Anda membayangkan lingkungan rumah sakit yang dingin dan steril tempat mayat-mayat yang mulai memutih tergeletak di atas meja krom, menunggu untuk diperiksa oleh mahasiswa kedokteran yang bersemangat ataupun tidak begitu bersemangat.
Terlepas dari apa yang terlintas dalam pikiran, kemungkinan besar ini adalah semacam representasi yang merupakan hasil dari tradisi dan pengetahuan medis yang diperoleh selama berabad-abad. Namun pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana semuanya dimulai?
Nah, sebuah makalah studi baru menawarkan beberapa perspektif tentang berbagai aktivitas dan pengalaman yang mungkin dimiliki orang-orang zaman dahulu yang mungkin memberikan wawasan tentang bagian-bagian tubuh yang tersembunyi. Makalah ini awalnya merupakan bagian dari disertasi PhD penulis pertama Grzegorz Wysiadecki. Selama berabad-abad, pengamatan yang awalnya sederhana dan biasa-biasa saja terhadap manusia dan hewan ini mungkin telah membantu terakumulasi menjadi kumpulan pengetahuan formal.
Intinya, para penulis berpendapat bahwa ada lima jenis peluang yang memungkinkan orang zaman dahulu mulai mengamati anatomi. Di antaranya penyiapan tubuh hewan untuk dimakan, penggunaan isi perut hewan untuk ritual magis dan ramalan, pemanfaatan hewan untuk kurban dalam upacara keagamaan, proses pembalseman tubuh manusia untuk persiapan akhirat, dan pengamatan luka parah pada tubuh orang yang terluka.
Yang pertama sudah cukup jelas, tetapi yang lain perlu ditelusuri lebih detail.
Meramal sedikit demi sedikit
Mengenai penggunaan organ hewan untuk ramalan, orang Babilonia percaya bahwa petunjuk tentang tatanan kosmik dapat diperoleh dengan memeriksa tanda-tanda tersembunyi. Salah satu sumber tersebut adalah isi perut hewan yang oleh para pendeta, yang disebut "baru", akan secara efektif diteliti sebagai bagian dari apa yang para penulis anggap sebagai contoh pertama dari “perbandingan anatomi.”
Namun, hal ini tidak sama dengan jenis “penelitian ilmiah” yang kita pahami saat ini. Meskipun para penulis menekankan bahwa tujuan mengumpulkan pengetahuan anatomi dalam konteks ini adalah untuk mencari tanda-tanda yang berfungsi sebagai sumber ramalan, mudah untuk mengasumsikan adanya hubungan yang lebih erat antara praktik-praktik yang berbeda ini daripada yang seharusnya terjadi.
Ini merupakan tantangan untuk melihat kembali aktivitas sejarah dengan tujuan mencocokkannya dengan versi masa kini. Kita bisa dengan mudah meratakan masa lalu dan menyederhanakan perbedaan untuk membuat kronologi yang koheren. Namun, tim tersebut menyajikan beberapa contoh menarik tentang bagaimana orang-orang zaman dahulu pertama kali mulai mengaduk-aduk bagian dalam tubuh.
Misalnya, orang Babilonia percaya bahwa hati adalah organ yang sangat penting untuk ramalan karena dianggap sebagai tempat kedudukan jiwa dan titik di mana aktivitas emosional dan mental berlangsung. Mereka akan mencari hati domba untuk membuat ramalan, yang tidak hanya mengharuskan para pendeta mengetahui di mana organ itu berada, tetapi juga berarti mereka menjadi sangat paham dengan bentuk, ukuran, dan detailnya.
Untuk membantu mempelajari apa yang harus diperhatikan pada tanda-tanda hewan ini, orang-orang zaman dahulu yang percaya pada organ yang disebut "baru" membuat model hati dari tanah liat yang mereproduksi bentuk keseluruhannya dan, seperti yang para penulis tulis, “detail anatomi yang terpilih berkaitan dengan struktur organ.”
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR