“Sifat keras kepala mereka terlihat jelas dalam penampilan mereka yang liar. Suku Hun adalah makhluk yang kejam terhadap anak-anak mereka tepat pada hari mereka dilahirkan. Karena mereka menyayat pipi pejantan dengan pedang. Sebelum bayi itu menerima makanan berupa susu, mereka harus belajar menahan luka.”
Suku Hun: ahli berkuda dan pemanah andal dalam sejarah dunia
Yang lebih penting dari kehebatan militer mereka, Suku Hun adalah penunggang kuda yang sangat terampil. Legenda mengatakan bahwa mereka belajar berkuda segera setelah mereka bisa berjalan.
Salah satu strategi militer favorit mereka adalah membawa kuda tambahan saat menyerang. Taktik ini menyediakan kuda pengganti jika ada yang lelah atau terbunuh. Selain itu, juga membuat gerombolan Hun tampak lebih besar dari yang sebenarnya.
Taktik pertempuran Suku Hun sangat mengejutkan karena mereka sama sekali berbeda dengan taktik tentara Romawi yang tertib dan bermartabat.
Pada tahun 390-an, sejarawan Romawi Ammianus menulis, “Mereka bertempur dalam urutan pertempuran yang tidak teratur. Namun dengan gerakan yang sangat cepat dan tiba-tiba, mereka berpencar. Lalu kemudian dengan cepat bersatu kembali dalam barisan yang longgar. Tindakan itu menyebarkan kekacauan di dataran yang luas. Terbang di atas benteng, mereka menjarah kamp musuh hampir sebelum para penjaga sadar.”
Para sejarawan kuno menyatakan bahwa Suku Hun tidak menggunakan besi, hanya batu dan tulang binatang. Tapi hal ini mungkin tidak benar. Memang benar bahwa Suku Hun menyempurnakan busur refleks dan menggunakannya untuk menimbulkan efek mematikan.
Dengan busur, tarikan pun bisa menghasilkan tenaga yang sangat besar. Hal ini memungkinkan Suku Hun untuk menembak sambil menunggang kuda.
Sedangkan dengan busur tradisional, seorang pemanah harus berdiri kokoh dan menarik mundur sekuat tenaga. Seorang pemanah ahli bisa menembakkan anak panah lebih dari 150 meter.
Bahkan ketika mundur, banyak pejuang yang sangat mahir sehingga mereka mampu berbalik saat berkuda untuk menembak. Mereka menggunakan kaki untuk tetap stabil di atas kuda yang berlari kencang.
Dari taktik inilah kita mendapat istilah parting shot. Taktik ini membuat mereka menyerang dengan cepat bak angin puyuh.
Berbagai keterampilan dan taktik Suku Hun kemudian menyatu dalam diri Attila sang Hun. Memiliki pemikiran militer yang terampil, Attila menyatukan rakyatnya dan membawa mereka ke gerbang Roma.
Strateginya yang berani dan kejam akan memastikan Suku Hun membangkitkan teror bahkan 2000 tahun setelah kerajaan mereka lenyap.
Meski Suku Hun sudah tidak ada, teror mereka tetap hidup dalam sejarah dunia.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR