Di bawah cuaca yang ekstrem dan kondisi mereka yang semakin payah, dalam beberapa hari saja, para tahanan mulai beralih ke kanibalisme.
"Saya hanya makan hati dan jantung," kata seorang tahanan yang masih hidup kepada para pejabat Soviet. "Itu sangat sederhana. Sama seperti shashlik ... Saya memilih mereka yang tak terlalu hidup, tetapi belum sepenuhnya mati. Sudah jelas bahwa mereka akan pergi - dalam satu atau dua hari, mereka akan menyerah. Jadi, lebih mudah bagi mereka dengan cara itu."
Namun, yang lain tidak begitu bersimpati pada para korban. Radio Free Europe melaporkan bahwa para tahanan perempuan diikat ke pohon dan dipotong payudara, betis, dan bagian tubuh lainnya.
"Mereka melakukan itu pada saya di Pulau Kematian," seorang perempuan, yang secara luar biasa berhasil bertahan hidup setelah rekan-rekannya sesama tahanan memotong betisnya, menceritakan kepada penduduk desa terdekat setelahnya.
Banyak yang mencoba melarikan diri dari Pulau Kanibal. Tapi hanya sedikit yang berhasil sampai jauh. Jika rakit alakadar mereka tidak segera tenggelam ke dalam sungai, mereka akan ditembak oleh para penjaga yang memburu mereka untuk olahraga. Dan bahkan jika mereka berhasil mencapai tepian seberang, mereka harus bertahan hidup di padang gurun Siberia yang keras sendirian.
Dari lebih dari 6.000 orang yang dikirim ke Pulau Nazino, hanya sekitar 2.000 orang yang masih hidup saat pulau itu dievakuasi pada bulan Juli.
Pada bulan itu, mereka yang selamat dikirim ke kamp kerja paksa lainnya. Namun hanya segelintir dari mereka yang masih dalam kondisi bekerja, dan hampir semuanya mengalami luka fisik dan psikologis.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR