Untuk menghindari kekacauan, Henry mengadakan pertemuan dengan anggota masyarakat London yang terkemuka dan kaya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepercayaan mereka dan memastikan popularitas Anne.
Ratu Catherine diasingkan dari istana
Setelah Catherine menolak mengizinkan Henry menceraikannya, dia menangkap putrinya sendiri, Mary. Maksudnya adalah agar perpisahan mereka bisa mengubah pikiran Catherine. Namun ternyata tidak. Dan Catherine tidak pernah melihat Mary lagi.
Pada tanggal 23 Mei 1533, Undang-undang Pengekangan Banding disahkan yang secara resmi memisahkan Gereja Inggris dari Vatikan.
Hasilnya adalah Raja Henry VIII dapat menceraikan Catherine secara resmi dan menikahi Anne Boleyn. Mereka menikah pada bulan Januari 1533.
Gereja Inggris, yang dibentuk pada tahun 1534, menempatkan Raja Henry VIII sebagai kepala gereja, dengan dukungan dari Uskup Canterbury. Henry pun berupaya menjauhkan dirinya dari Catherine dan putri mereka Mary. Ia mengesahkan Undang-Undang Pemisahan pada bulan April 1534. Tindakan ini menyatakan Mary bukan putri raja yang sah. Hal ini pun menghilangkan haknya untuk menjadi ratu. Undang-undang itu ditetapkan setelah Anne Boleyn memiliki seorang putri, Elizabeth, pada tahun 1533.
Henry memerlukan waktu 6 tahun untuk menceraikan Catherine secara resmi. Pada saat yang sama, Henry menuntut agar Catherine tidak menggunakan gelar ratu.
Dia diizinkan menggunakan gelar “janda putri”, gelar yang sama yang diberikan kepadanya setelah kematian suami pertamanya. Catherine menolak.
Pada tahun 1533 Catherine diusir dari istana dan dikirim ke kediamannya di Cambridgeshire. Di sana dia menjalani hidupnya di pengasingan, jauh dari putrinya.
Pada tahun 1534, Mary jatuh sakit dan Catherine memohon untuk bertemu kembali dengannya guna merawat putrinya. Henry menolak. Ia takut jika Catherine akan melakukan perang melawannya secara terbuka dan sengit seperti yang dilakukan Ratu Isabella, ibunya, di Spanyol.
Dia juga khawatir dengan tindakan Catherine yang mungkin akan menodai reputasinya jika dia diberi kesempatan.
Warisan abadi Catherine dari Aragon
Catherine meninggal karena dugaan kanker pada usia 50 tahun di rumahnya pada tanggal 29 Januari 1536. Diasingkan dari istana, dikabarkan bahwa dia menolak mengembalikan perhiasan kerajaan kepada Anne Boleyn setelah penobatannya.
Dalam satu surat terakhirnya kepada Henry, dia memasukkan satu tindakan pembangkangan terakhir terhadap suaminya yang bejat.
“Selebihnya, saya memohon padamu untuk menjadi ayah yang baik bagi Mary. Terakhir, saya bersumpah, bahwa mata saya menginginkanmu di atas segalanya. Selamat tinggal. Catherine, Ratu Inggris.”
Putri Catherine, Mary, kemudian menjadi Ratu Inggris pada tahun 1553. Ia menduduki takhta hanya selama 5 tahun hingga kematiannya yang mendadak pada tahun 1558.
Mary membenci ayahnya karena tindakannya terhadap ibunya. Dia berusaha menyatukan kembali Inggris dengan iman Katoliknya.
Catherine sangat dicintai oleh rakyatnya. Dan ketika Anne Boleyn dinobatkan, banyak wanita menolak untuk bersorak atau melepas topi mereka.
Penasihat hukum Catherine selama perceraiannya, Eustace Chapuy, percaya bahwa Inggris akan memberontak untuk membela Catherine.
Sebagai bagian dari garis keturunan ratu yang berkuasa, Catherine dari Aragon selalu dikenang karena ketabahannya dalam menghadapi kekejaman Henry.
Setelah 24 tahun menikah, Catherine menunjukkan tekad yang harus dimiliki seorang wanita di era ini untuk bertahan hidup.
Ia digambarkan sebagai seorang ratu yang cantik, kuat dan fasih berbicara. Sebagai ratu, Catherine dari Aragon sangat dicintai oleh rakyat Inggris, namun dihancurkan oleh mantan suaminya yang lalim.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR