Di seberang pintu masuk ocus terdapat sebuah ceruk yang dulunya berisi air mancur. Di ceruk di atasnya terdapat potret Dewa Oceanus yang megah. Potretnya terdiri dari potongan-potongan kecil yang menciptakan efek gelombang kecil atau riak. Janggutnya yang tergerai dan ekspresinya yang muram menjadi gambaran simbol dari harta karun mosaik Carranque.
Misteri Maternus
Kini di usia akhir 50-an dan masih menjadi penduduk Carranque, Lopez menghabiskan hidupnya mempelajari situs tersebut. Reruntuhan tersebut sekarang dikenal sebagai salah satu vila Spanyol-Romawi paling signifikan yang pernah ditemukan. Terletak di jalan utama era Kekaisaran Romawi, kota tersebut mendominasi pedesaan di sekitarnya dengan pernyataan kekayaan yang megah.
Sejarawan telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba mengidentifikasi siapa pemilik vila yang menakjubkan itu.
Ada yang berpendapat bahwa Maternus yang disebutkan dalam prasasti bermosaik itu adalah Maternus Cynegius. Ia lahir di Iberia. Sebagai penasihat Kaisar Theodosius, Maternus Cynegius pasti memiliki kekayaan dan kepercayaan diri untuk membangun vila mewah seperti itu.
Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan. Sebagai seorang Kristen yang saleh, Maternus Cynegius memfasilitasi serangan Theodosius terhadap orang-orang kafir di seluruh kekaisaran. Tidak mungkin seorang Kristen yang saleh membuat begitu banyak mosaik yang menggambarkan kisah mitologi Romawi.
Pemerintahan Kekaisaran Romawi di Iberia berakhir beberapa dekade setelah Maternus merenovasi vilanya dan memesan mosaiknya. Bangsa Vandal dan Visigoth menginvasi semenanjung itu pada abad kelima SM.
Struktur bangunan di sebelah utara vila bertahan dan diadaptasi menjadi bangunan Kristen hingga ditinggalkan. Sebagian besar batunya dipindahkan untuk digunakan pada bangunan lokal, hingga hanya sebagian temboknya yang tersisa. Mosaik-mosaik itu terkubur dan tersembunyi di lahan pertanian selama ribuan tahun. Hingga pada tahun 1983, seorang penggembala muda yang tertarik pada sejarah membungkuk untuk melihat lebih dekat ke masa lalu.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR