Deklarasi ini menegaskan kembali kewajiban masyarakat untuk membayar firaun dan kerajaannya. Pasalnya segala sesuatu di negara bagian tersebut dipahami sebagai milik firaun.
Meski firaun dipandang sebagai mediator antara umat manusia dan Tuhan, masyarakat Mesir kuno tidak terlalu antusias dengan pajak.
Sama seperti saat ini, rakyat Mesir kuno pun secara terbuka memprotes praktik tersebut. Beberapa keluhan berpusat pada penilaian pajak yang tidak adil.
Membayar pajak kepada penguasa asing
Ketidakpuasan masyarakat Mesir terhadap sistem perpajakan diperparah dengan pendudukan asing. Saat itu mata uang diperkenalkan pada pertengahan milenium pertama SM.
Ketika bangsa Persia dan kemudian bangsa Makedonia menduduki Mesir, mereka memperkenalkan mata uang logam. Mereka juga memungut pajak terhadap penduduk asli
“Pengenalan koin sebagai mata uang sangatlah praktis,” kata Moreno Garcia. “Hal ini memungkinkan kerajaan untuk memungut satu pendapatan pajak dibandingkan dengan sumber daya yang beragam. Kerajaan dapat menukarkan koin sesuai kebutuhannya.
Namun masyarakat Mesir kuno mengeluhkan pembayaran pajak kepada lembaga-lembaga asing. Mereka juga mengeluhkan pejabat korup yang tidak melakukan apa-apa.
Ketika Ptolemy V naik takhta sekitar tahun 204 SM, Mesir kuno telah melakukan pemberontakan terhadap penjajah Makedonia. Ingin menenangkan penduduk asli, Raja Ptolemy berusaha mengubah tarif pajak untuk kelompok berpengaruh tertentu. Misalnya pendeta tinggi di kuil-kuil besar.
Ptolemy mendeklarasikan kuil-kuil tersebut bebas pajak untuk menjilat mereka.
“Sering kali pengecualian pajak digunakan di Mesir kuno sebagai manuver politik,” kata Moreno Garcia. Sepanjang sejarah, para firaun secara konsisten mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa individu atau kuil tertentu tidak perlu membayar pajak.
Di Mesir kuno, kuil merupakan bisnis yang menguntungkan. Kuil mengumpulkan kekayaan dan sumber daya dalam jumlah besar yang kemudian dikenai pajak oleh kerajaan.
Hal ini berlangsung sampai secara politis bijaksana untuk menyatakan bisnis besar (keagamaan) bebas pajak.
Di Mesir kuno, orang kaya sering menerima keringanan pajak. Pajak adalah alat untuk memenangkan dukungan politik. Korupsi merajalela dan masyarakat sering mengeluh tentang pajak. Semua itu merupakan warisan Mesir kuno yang masih bisa kita temukan di zaman modern.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR