Firasat Arnold membuktikan bahwa dupa tersebut mengandung palygroskite dan nila, yang dipanaskan dengan pembakaran dupa untuk membuat Biru Maya. Artinya, warna biru tersebut diproduksi dalam mangkuk keramik selama pelaksanaan ritual yang berlangsung di sisi lubang pembuangan.
Penelitian yang lebih kontemporer, yang dipicu oleh pemeriksaan ulang beberapa artefak yang ditemukan di lubang pembuangan Suci Chichen Itza. Penelitian menunjukkan bahwa penciptaan warna biru Maya adalah bagian dari praktik dan pertunjukan ritual. Selama upacara untuk menghormati dewa hujan Chaak, daun nila dan tanah liat palygorskite dipanaskan dan dilebur. Peleburan itu dilakukan dengan membakar dupa kopal, zat seperti lem suci yang berasal dari damar pohon.
Ketiga bahan alami ini telah diketahui memiliki tujuan pengobatan di kalangan populasi Maya. Dan kombinasi ritual dari bahan-bahan tersebut diperkirakan memiliki kekuatan penyembuhan simbolis yang besar.
Kurban manusia dan benda-benda berharga dicat dengan warna biru Maya. Tindakan ini merupakan sebuah isyarat simbolis dari ketaatan mereka kepada dewa. Pengurbanan ini, dihiasi dengan warna suci, kemudian dilemparkan ke dalam lubang pembuahan untuk memenuhi kehendak ilahi Chaac.
Pelapisan dan pemeriksaan contoh-contoh biru Maya menggunakan teknologi mutakhir membantu khalayak modern mengembangkan pemahaman lebih baik tentang praktik tradisional Maya.
Bagi populasi kuno ini, warna biru Maya memiliki makna spiritual yang besar. Bagi dunia modern, implikasinya juga sama pentingnya. Warna ini merupakan sebuah pencapaian artistik yang tidak diragukan lagi mendahului masanya. Kisah biru Maya memberikan contoh jelas tentang teknologi luar biasa yang belum terealisasi pada masyarakat Mesoamerika.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR