Nationalgeographic.co.id—Tahun 1603 menandai dimulainya Era Tokugawa di Kekaisaran Jepang. Era ini juga dikenal sebagai Periode Edo. Periode Edo dimulai ketika Kekaisaran Jepang mengasingkan diri selama lebih dari dua abad dan menjadi sebuah misteri.
Namun selama periode perubahan besar ini, budaya Kekaisaran Jepang berkembang pesat. Perkembangan besar terjadi di bidang seni, bisnis, dan budaya yang lebih luas.
Akhir dari kekacauan di Kekaisaran Jepang
Pada tahun 1600, dua rival terbesar di Kekaisaran Jepang, Tokugawa Ieyasu dan Toyotomi Hideyoshi, bentrok di Sekigahara. Tokugawa menang, menyingkirkan lawan-lawannya, menjadi Shogun, dan mengambil alih bakufu (pemerintahan militer). Kekaisaran Jepang saat itu akhirnya memiliki satu pemerintahan.
Kemenangan Tokugawa mengakhiri Era Sengoku atau periode “Negara-Negara Berperang”, yang dimulai pada tahun 1460-an. Ketika perang berakhir, klan Tokugawa menetap di Edo, yang kemudian menjadi Tokyo. Tokugawa menjadikan Edo sebagai ibu kota mereka pada tahun 1603.
Genggaman kekuasaan Tokugawa Bakufu tetap mutlak hingga tahun 1860-an dengan gaya pemerintahan mereka. Tokugawa telah mengokohkan reputasinya sebagai salah satu dari tiga “Pemersatu Hebat” di Kekaisaran Jepang. Sebagian besar Jepang modern terbentuk di bawah pemerintahan Tokugawa dari bisnis, budaya, dan seni.
Perubahan yang terjadi di Kekaisaran Jepang
Perubahan pertama yang dilakukan Tokugawa Bakufu adalah kontrol ketat terhadap perdagangan luar negeri. Mereka juga mengatur struktur kelas yang kaku, agama, dan bahkan kelas bangsawan atau daimyo.
Dekrit penting pertama dikeluarkan pada tahun 1612 yang melarang agama Katolik, yang dikhawatirkan dapat menumbangkan kendali atas penduduk. Pilihan yang dihadapi umat Katolik di Kekaisaran Jepang hanya ada dua: pindah agama atau mati syahid. Pemberontakan Shimabara tahun 1637 yang gagal secara efektif mengakhiri agama Katolik di Kekaisaran Jepang hingga tahun 1873.
Selanjutnya, Bakufu kemudian memberlakukan sakoku atau “negara terkunci” pada tahun 1630-an. “Perjalanan ke luar negeri dilarang dan perdagangan dibatasi di pelabuhan seperti Nagasaki,” tulis Matt Whittaker di laman The Collector. Hampir semua orang asing diusir kecuali orang Belanda dan Tiongkok. Sedangkan yang lainnya dianggap pelanggar dan mereka yang tertangkap biasanya dieksekusi.
Bakufu memang takut pada daimyo karena orang-orang ini mempunyai banyak kekuasaan dan uang. Untuk menghilangkan hal ini, kebijakan Sankin Kotai atau kehadiran bergantian menjadi sebuah norma. Daimyo terpaksa membangun tempat tinggal mewah di Edo. Di sana mereka tinggal selama satu tahun jauh dari wilayah kekuasaan mereka. Keluarga mereka tetap menjadi sandera di Edo ketika daimyo kembali ke wilayahnya.
Selain itu, setiap domain memasok tentara ke Bakufu, sehingga menimbulkan biaya tambahan yang membebani keuangan daimyo.
Pasca tahun 1630-an, Bakufu menerapkan tatanan kelas yang ketat terhadap samurai, petani, perajin, dan pedagang di lapisan bawah. Secara resmi, mobilitas antar kelas dilarang. Meski berada di posisi terbawah, para pedagang mendapat uang dari perdagangan, yang bisa memberikan sedikit keringanan. Sistem sosial baru ini bertujuan untuk meningkatkan ketertiban sosial dan politik. Namun dengan sistem Sankin Kotai yang sangat mahal di Bakufu, banyak samurai yang terlilit utang.
Pada zaman Edo di Kekaisaran Jepang, hanya pedagang yang mempunyai uang tunai untuk dipinjamkan. Pada tahun 1640, isolasi Kekaisaran Jepang selesai dan mengakhiri sebagian besar pengaruh luar.
Genroku: budaya yang dicapai selama Zaman Edo
Kesejahteraan meningkat setelah kebijakan pengasingan Bakufu, terutama di kota-kota besar seperti Edo, Osaka, dan Kyoto. Hal ini memakan waktu, namun pada tahun 1680-an seperti tahun 1688 hingga 1704 dikenal sebagai Era Genroku. Era ini menyebabkan perkembangan terkenal dalam berbagai bentuk seni seperti teater kabuki yang mengolok-olok masyarakat, boneka bunraku, dan puisi haiku.
Ukiyo-e, atau cetakan balok kayu, juga berevolusi. Cetakan balok kayu ini menjadi terkenal di dunia pada abad ke-19 di barat. Bentuk seni ini menampilkan masyarakat, pemikiran dan kesan Jepang. Tema populernya adalah alam dan kehidupan kota.
Ukiyo-e yang paling banyak dijadikan sampel, bahkan lebih dari satu abad kemudian, adalah Gelombang Besar Hokusai di lepas pantai Kanagawa. Meskipun digambar setelah puncak Era Genroku, gambar ini masih menunjukkan pemikiran Jepang dan menginspirasi banyak kaum Impresionis. Gelombang dipandang mewakili perubahan dalam masyarakat dan meningkatnya kontak asing dengan gangguan apa yang dapat mempengaruhi Kekaisaran Jepang.
Pengaruh Era Genroku bertahan selama bertahun-tahun di Kekaisaran Jepang yang terisolasi.
Stabilitas berarti kesuksesan di Kekaisaran Jepang
Dengan bersatunya Kekaisaran Jepang, Bakufu menerapkan kebijakan perdagangan dan membangun jalan untuk mendorong perdagangan. Perekonomian tumbuh, seiring dengan pertumbuhan populasi, pertanian, dan melek huruf. Dengan demikian, permintaan akan hiburan meningkat.
Kastel daimyo, yang menjadi pusat administrasi, menjadi kota tempat kelas pedagang menengah dan perajin menetap serta manufaktur. Beberapa perusahaan terbesar di Kekaisaran Jepang, seperti Sumitomo Group dan Mitsui, didirikan pada Zaman Edo.
Pengaruh asing di Kekaisaran Jepang selama Zaman Edo
Larangan resmi Tokugawa Bakufu terhadap orang asing memang ada celahnya. Melalui pedagang Belanda di Nagasaki, buku-buku tentang botani, anatomi, teknologi, dan sains sampai ke tangan para sarjana. Bahkan ada yang secara legal.
Pada awal tahun 1800-an, bahkan Bakufu menyadari bahwa mereka membutuhkan pengetahuan Barat. “Istilah resmi untuk pembelajaran Barat adalah rangaku atau pembelajaran Belanda,” tambah Whittaker.
Muncul retakan
Isolasi Kekaisaran Jepang berlangsung selama hampir 250 tahun, dengan sedikit masalah selain dari penyelidikan pihak asing atau pemberontakan petani.
Namun pada tahun 1850-an, kemerosotan ekonomi, perjanjian yang dipaksakan di bawah ancaman militer, atau intrik politik mengakhiri sakoku. Perang saudara pecah pada tahun 1868, memicu Restorasi Meiji dan mengakhiri Zaman Edo. Meskipun terisolasi, perekonomian dan masyarakat Jepang mendapatkan manfaatnya, yaitu mendapatkan ruang bernapas dari kekuatan-kekuatan Eropa yang mengganggu.
75 Perempuan Berlatih Seni Bertahan Hidup pada Gelaran Women Jungle Survival Course EIGER 2024
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR