Nationalgeographic.co.id—Jungkir balik perjuangan dan kesetiaan Zenci Musa di era Kekaisaran Ottoman tak banyak diketahui masyarakat awam Turki saat ini. Bagi banyak sejarawan militer, Zenci Musa adalah seorang prajurit gagah berani yang lebih dari seabad yang lalu berperang melawan imperialisme Barat. Dia adalah pahlawan Kekaisaran Ottoman yang terlupakan.
Zenci Musa punya andil besar dalam mempertahankan perbatasan Kekaisaran Ottoman. Dia terutama dikenang karena melakukan perlawanan keras terhadap invasi Italia ke Tripoli pada tahun 1911.
Selama pertempuran di Tripoli, tentara Ottoman bersama dengan sukarelawan dari beberapa wilayah Afrika dan Timur Tengah, berjuang bahu-membahu untuk menahan invasi Barat baik dari front timur maupun barat.
Tugrul Oguzhan Yilmaz, seorang peneliti di Asosiasi Peneliti di Afrika, mengatakan kepada TRT World bahwa Zenci Musa memainkan peran penting dalam mendirikan Republik Turki Trakia Barat. Selain itu, Zenci Musa juga mengambil bagian dalam penaklukan kembali Edirne dari Bulgaria.
Lahir di pulau Kreta pada tahun 1890-an, orang tua Zenci Musa terpaksa bermigrasi dari Sudan ke wilayah kekuasaan Ottoman ketika tentara Inggris menduduki negara mereka pada tahun 1898. Kakeknya pindah ke Kairo dan ketika Musa kehilangan ayahnya ketika ia masih muda, dia pindah ke Kairo untuk tinggal bersama kakeknya.
Zenci Musa dan keluarganya adalah keluarga imigran yang terpaksa bermigrasi karena kondisi sosial politik waktu itu. Sebagai imigran dari Sudan, Zenci Musa menerima pendidikan formalnya di kota Mesir dan dibesarkan di lingkungan Turki. Dia belajar bahasa Turki pada usia yang sangat muda.
Selama pertempuran Tripoli, Musa si Hitan bertemu Mayor Enver Pasha dan Kuscubasi Esref Bey. Kedua pria tersebut berperan besar dalam membentuk karier Musa. Mereka juga naik pangkat ke dalam Teskilat-i-Mahsusa, badan intelijen Ottoman, dan Musa menjadi anak angkat Esref Bey.
Ketika Kekaisaran Ottoman menghadapi ancaman militer lain dari Balkan, Musa diperintahkan meninggalkan Tripoli dan kembali ke Istanbul. Dipimpin oleh Bey, dia berpartisipasi dalam Perang Balkan.
Setelah perang, Zenci Musa menjadi pengawal pribadi Panglima Enver Pasha dan bergabung dengan dinas intelijen kekaisaran Teskilat-i-Mahsusa.
Sebagai anggota badan intelijen, Zenci Musa banyak melakukan operasi penyamaran melawan pasukan Inggris. Di bawah komando Esref Bey, dia juga mengambil bagian dalam Kampanye Terusan (Canal Campaign) dan berupaya menggalang dukungan dari beberapa suku Arab.
Selama kampanye ini, Zenci Musa bertemu dengan Mehmet Akif Ersoy, seorang penyair dan penulis lagu kebangsaan Turki. Ersoy menggambarkan Zenci Musa sebagai orang yang berperilaku baik dan bermoral.
Ketika Sharif Hussein, Emir Mekkah saat itu, mengkhianati Kesultanan Utsmaniyah dengan bekerja sama dengan pasukan Inggris, Zenci Musa mengikuti Esref Bey. Esref memimpin batalion militer ke Hijaz untuk menghadapi kemajuan invasi Inggris. Namun Esref jatuh ke tangan pasukan Badui.
Setelah pergerakan ke Hijaz yang gagal, Zenci Musa kembali ke Istanbul, di mana ia mengalami masa-masa sulit. Jenderal militer Ottoman terkenal lainnya, Ali Sait Pasha, pernah melihatnya di jalan dan menawarinya uang pensiun karena keberaniannya yang luar biasa.
Zenci Musa menolak tawaran tersebut. Dan seperti ditulis di TRT World, Zenci Musa mengatakan, “Saya tidak bisa menerima gaji dari negara miskin ini.”
Pada tahun 1918, ketika penandatanganan Gencatan Senjata Mudros membuka jalan bagi mundurnya Kekaisaran Ottoman dari Perang Dunia I, negara-negara Blok Entente menduduki Istanbul. Para prajurit di bawah komando Jenderal Harrington berpatroli di jalan-jalan Istanbul. Suatu hari, Harrington melihat Zenci Musa di jalan dan bertanya tentang dia.
Tentaranya mengatakan kepadanya bahwa dia adalah 'Zenci Musa' terkenal yang menyulitkan tentara Inggris di Yaman dan menyelundupkan emas Kekaisaran Ottoman dalam jumlah besar. Sadar akan kemahiran militer Zenci Musa, Harrington menawarinya posisi militer.
Musa dengan cepat menolaknya. “Saya hanya punya satu negara: Kekaisaran Ottoman. Saya hanya punya satu bendera: dengan bintang dan bulan sabit. Saya hanya punya satu komandan: Kuscubasi Esref. Ini belum berakhir. Kami akan melanjutkan perjuangan kami.”
Dia mengambil pekerjaan sebagai portir di Gedung Bea Cukai di distrik Karakoy Istanbul. Namun pada masanya, dia menyelundupkan senjata ke Anatolia, yang kemudian digunakan dalam Perang Kemerdekaan Turki.
Pertempuran yang panjang dan sulit dalam perang besar dan perpisahan dari mentornya Esref Bey berdampak buruk pada kesehatan Zenci Musa. Di fase-fase terakhir hidupnya, dia menderita TBC dan menolak dirawat di rumah sakit secara gratis. Zenci Musa meninggal secara diam-diam di sebuah pondok sufi di seberang Sungai Bosphorus di sisi Asia Istanbul yang dulu pernah pernah jadi wilayah Kekuasaan Ottoman sebelum menjadi Turki modern.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR