Nationalgeographic.co.id—Immanuel Kant sangat berpengaruh pada pemikiran Barat. Kehadirannya dalam sejarah filsafat abad ke-18 menawarkan berbagai gagasan pencerahan yang tetap relevan dewasa ini.
Kant lahir di Königsberg, Kerajaan Prusia (sekarang Kaliningrad, Rusia) pada 22 April 1724 dan wafat 12 Februari 1804. Kant hidup di masa Filsafat Pencerahan yang berlangsung sejak abad ke-17. Situasi zaman ini mendorong Kant menaruh minat pada filsafat, dari lingkungan dogmatismenya.
Apa yang memengaruhi pemikiran Kant berasal dari lingkungan terdekatnya sejak kecil. Keluarganya menganut Pietisme, gerakan Gereja Lutheran evangelis. Salah satu penekanan dalam ajaran gerakan ini adalah memusatkan pembelajaran pada Alkitab, bukan pada ajaran otoritas gereja.
Manfred Kuehn, penulis biografi Kant dalam Kant: A Biography (2001) berpendapat, kedua orangtuanya tidak memberikan pengaruh Pietisme kepada Kant, walau ibunya pemeluk agama yang taat. Apa yang diajarkan orang tuanya lebih kepada nilai-nilai kerja keras, kejujuran, kebersihan, dan kemandirian yang dijadikan Kant sebagai teladan.
Demi menempuh pendidikan tinggi, Kant tidak mengandalkan orang tuanya. Keluarganya yang diperkirakan keturunan Skotlandia yang berimigrasi ke Königsberg, berada dalam ekonomi yang sulit. Ayahnya bekerja sebagai pembuat tali kekang dan pelana kuda.
Antara usia delapan dan 15 tahun, Kant bersekolah di Collegium Fridericianum yang tidak disukainya. Meski tidak menyukai sekolahnya, kemampuan intelektualnya sangat menonjol. Inilah yang membuatnya dapat menempuh pendidikan tinggi dengan bantuan dari seorang pendeta. Dia melanjutkan pendidikannya di University of Königsberg untuk mempelajari teologi.
Setelah lulus pada 1746, Kant bekerja sebagai guru privat. Kegiatannya mencari uang ini juga didorong karena ayahnya wafat. Oleh karena itu ia mencari nafkah untuk keluarganya.
Harvey Chisick dalam Historical Dictionary of the Enlightenment (Volume 16) bertestimoni tentang Kant sebagai guru yang pandai bicara dan populer. "Ia menjalani kehidupan pribadi yang sangat disiplin, mencurahkan waktu berjam-jam untuk belajar, namun ia juga menghargai kebersamaan, dan berprestasi secara sosial," lanjutnya.
Immanuel Kant Memasuki Filsafat
Dari semua yang diajarkan ke murid-muridnya, Kant selalu tertarik membahas filsafat. Dari pekerjaan ini, ia melanjutkan pelajarannya pada bidang filsafat di University of Königsberg, kampus pertama dia juga berkuliah.
Kant baru melanjutkan kuliahnya pada 1754, setelah merasa aman untuk mengejar karier akademis. Tahun berikutnya dia mengajar di Albertina. Dia juga mengajar filsafat di sana hingga kelak pensiun di usia 72 tahun pada 1796.
Anthony Gottlieb dalam The Dream of Enlightenment: The Rise of Modern Philosophy menyebut, Kant mengagumi filsafat Skotlandia David Hume dan filsuf Swis Jean-Jackques Rousseau. Bagi Kant, Hume telah membangunkannya dari "tidur dogmatisnya". Kecintaannya pada Rousseau juga dibuktikan dengan adanya gambar sosok sang filsuf di ruang kerjanya.
Selama mendalami filsafat, Kant baru menerbitkan karya pertamanya pada 1763, yakni The Only Possible Ground for Demonstration of the Existence of God. Lewat tulisan ini, Kant mempertanyakan argumen ontologis tentang Tuhan.
Kant berpendapat bahwa kemungkinan internal dari segala sesuatu bisa merujuk pada suatunya keberadaan di baliknya. "Oleh karena itu, pasti ada sesuatu yang ketiadaannya akan menadiakan segala kemungkinan internal apa pun," tulis Kant.
Setelah bertahun-tahun menelisik jawaban filosofis, Kant kembali ke subjek teologi pada 1790an. Dia membuat karya fenomenal bertajuk Agama di dalam Batas-Batas Rasio Murni pada 1793. Kant sangat keras mengkritik ritua, takhayul, dan hierarki gereja. Menurutnya, agama yang berlembaga menghalangi proses keagamaan atau spiritualitas manusia yang sebenar-benarnya.
Pengaruh Pemikiran Kant yang Meluas
Dari semua karyanya, beberapa di antaranya yang paling berkesan dalam filsafat adalah Kritik atas Nalar Murni (1781), Kritik atas Akal Budi Praktis (1788), Kritik atas Penilaian (1790), Menuju Perdamaian Abadi (1795). Karya-karya ini sangat berpengaruh dalam perubahan pemikiran di Eropa untuk berbagai aspek, mulai dari politik, sains, hingga etika.
"...saya yakin pengaruhnya terhadap pemikiran politik, misalnya, karya penting beliau, Menuju Perdamaian Abadi," terang Joschka Fischer, mantan Wakil Kanselir Jerman periode 1998-2005 dalam wawancara di DW.
"Ide-ide Kant, filsafat praktisnya, teori-teori etisnya seperti imperatif kategoris dan Kritik terhadap Nalar Murni memiliki pengaruh yang bertahan lama terhadap pemikiran Barat yang melampaui negara-negara berbahasa Jerman," lanjutnya.
Dalam bidang politik, Kant sangat membahas hukum moral. Berkat pemikiran ini, para politisi harus memandang dunia secara rasional dan berprinsip pada etika. Dengan demikian, politisi harus mempertimbangkan masyarakatnya yang bisa bertindak jika ada kebijakan politik yang tidak adil.
Masih ada banyak hal yang dipengaruhi oleh pemikiran Kant yang tidak bisa dijabarkan satu per satu dalam artikel kecil ini. Pemikirannya mendorong berbagai teori politik, fisika, biologi, dan teologi. Kant dikagumi berkat ragam pemikirannya yang mengubah berbagai aspek di Eropa.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR