Nationalgeographic.co.id—Di atas atap dunia, perlahan tapi pasti, es di kutub utara dan selatan mulai mencair.
Fenomena ini, meskipun terjadi jauh di belahan bumi lain, menyimpan konsekuensi besar bagi Indonesia.
National Geographic, melalui peta interaktifnya, melukiskan pengaruh mencairnya es kutub terhadap Indonesia dan juga beberapa wilayah lain.
Setidaknya terdapat empat dampak buruk yang dapat terjadi di Indonesia, termasuk di antaranya adanya "permakaman massal".
Pengaruh di Indonesia
Peta tersebut menunjukkan bahwa Indonesia akan mengalami "permakaman massal" pulau-pulau kecil.
Garis pantai akan mundur drastis, menenggelamkan daratan dan mengubahnya menjadi lautan.
Kalimantan, sang paru-paru bumi, akan kehilangan banyak hutannya.
Hilangnya habitat ini akan menjadi pukulan telak bagi keanekaragaman hayati Indonesia, mengancam kelangsungan hidup spesies eksotik seperti harimau sumatera dan orangutan.
Selain itu, mencairnya es kutup juga diduga dapat memicu munculnya penyakit baru akibat perubahan iklim dan migrasi hewan liar.
Masyarakat adat yang bergantung pada hutan untuk kelangsungan hidup mereka pun akan terimbas, dihadapkan pada krisis pangan dan hilangnya sumber penghidupan.
Baca Juga: Mencairnya Es Kutub Memicu Cuaca Musim Dingin Ekstrem di Seluruh Dunia
Pengaruh di Wilayah/Negara Lain
Dampak pencairan es kutub tak hanya dirasakan di Indonesia.
Di Asia, Delta Sungai Mekong akan tergenang, memicu banjir besar di China, India, dan Bangladesh.
Ratusan juta penduduk akan kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.
Di Eropa, kota-kota ikonik seperti London, Venesia, Belanda, dan Denmark terancam tenggelam.
Nasib serupa menanti San Francisco di Amerika Utara, yang akan berubah menjadi kepulauan.
Ancaman Nyata di Depan Mata
Walaupun skenario terburuk ini membutuhkan waktu lebih dari 5.000 tahun untuk menjadi kenyataan, laju pencairan es saat ini jauh lebih cepat dari perkiraan.
Aktivitas manusia yang terus menghasilkan emisi gas rumah kaca bagaikan akselerator yang memperparah situasi.
Jika tren ini tak segera diubah, Bumi akan kembali ke masa Eocene, periode 34 juta tahun lalu di mana es kutub tak ada dan suhu global melonjak tinggi.
Bukti nyata sudah di depan mata. Sejak 1992, es di Antartika Barat telah mencair sebanyak 65 juta metrik ton.
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Es Arktika Mencair, Rute Pelayaran Berubah
Di Greenland, pencairan es pun terjadi secara signifikan.
Mencairnya es kutub bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga krisis kemanusiaan.
Jika tak ada tindakan nyata untuk meredam emisi gas rumah kaca, konsekuensi yang digambarkan National Geographic bukan lagi fiksi ilmiah, tapi kenyataan pahit yang akan dihadapi generasi mendatang.
Saatnya Bertindak
Mencairnya es kutub bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga krisis kemanusiaan.
Jika tak ada tindakan nyata untuk meredam emisi gas rumah kaca, konsekuensi yang digambarkan National Geographic bukan lagi fiksi ilmiah, tapi kenyataan pahit yang akan dihadapi generasi mendatang.
Masa depan Bumi dan Indonesia ada di tangan kita. Kesadaran kolektif dan aksi nyata dari semua pihak, mulai dari individu, pemerintah, hingga industri, sangatlah diperlukan untuk mencegah pengaruh mencairnya es kutub terhadap Indonesia.
Transisi menuju energi terbarukan, pengurangan emisi karbon, dan pelestarian hutan adalah kunci untuk menyelamatkan planet kita dan masa depan generasi penerus.
KOMENTAR