Nationalgeographic.co.id—Ribuan tahun lalu, para kaisar dan permasiuri Romawi kerap saling membunuh satu sama lain dengan racun menjadi senjata yang paling umum digunakan.
Di antara kasus-kasus kematian yang melibatkan racun-racun itu, tersebutlah nama Locusta of Gaul (Locusta dari Galia) yang sohor sebagai ahli racun paling mematikan di abad pertama Masehi.
Namun, benarkah Locusta merupakan wanita pembunuh berantai dalam sejarah dengan banyak korban atau sebenarnya dia hanya seorang pesuruh penguasa Romawi?
Temukan jawabannya melalui artikel berikut ini.
Budak yang Menjelma Jadi Pakar Racun
Merujuk pada namanya, Locusta diketahui berasal dari Galia, sebuah wilayah yang kini lebih kita kenal sebagai Prancis. Namun, tenang bagaimana dirinya bisa sampai ke Romawi masih belum benar-benar jelas.
Namun, melansir All that’s Interesting, banyak yang menduga dirinya dibawa ke Romawi sebagai budak. Seiring dengan kebijakan Julius Caesar yang membawa lebih dari satu juta budak dari Galia untuk kebutuhan kekaisaran.
Tanpa diketahui bagaimana dirinya tumbuh, nama Locusta sampai ke telinga Permasuri Romawi Agrippina usai muncul kabar tentang "seseorang yang terampil dalam hal-hal seperti itu ... yang baru saja dihukum karena meracuni."
Sebuah kabar yang disambut antusias oleh Agrippina yang tengah mencari cara untuk membunuh Claudius, kaisar sekaligus suaminya sendiri.
Menurut Tacitus, sang permaisuri memang sedang mencari sebuah "campuran langka yang dapat mengganggu pikirannya dan menunda kematian" dengan harapan tidak ada yang menaruh curiga tentang kematian suaminya.
Locusta pun lalu menyiapkan racun, yang ditaburkan oleh para pelayan pada makanan terakhir sang kaisar. Namun, ternyata racun itu dianggap terlalu lama bekerja oleh Agrippina, hingga akhirnya dia memutuskan untuk meracuni kaisar untuk kedua kalinya.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Misteri Lenyapnya 5000 Pasukan Legiun Kesembilan Romawi
KOMENTAR