Pada akhir abad ke-18, meskipun kehadiran Inggris di Kekaisaran Tiongkok meningkat, sebagian besar pejabat Inggris gagal melakukan hubungan diplomatik sesuai dengan sistem upeti Tiongkok.
Sistem upeti ini adalah tradisi yang menggambarkan kepemimpinan budaya Tiongkok di Asia. Kerajaan tetangga Tiongkok mengirimkan utusan dalam misi penghormatan. Mereka wajib melakukan kowtow, serangkaian membungkuk, serta membawa hadiah untuk keluarga kerajaan.
Sebagian besar pejabat Inggris mencoba menerapkan diplomasi gaya Barat sambil menuntut perluasan hubungan perdagangan. Para pejabat ini mengabaikan adat istiadat yang ada. “Mereka percaya bahwa mengikuti kebiasaan di Kekaisaran Tiongkok akan mempermalukan mereka dan kerajaan Inggris,” tambah Shvangiradze. Orang Tiongkok penolakan itu sebagai abai terhadap cara hidup Tiongkok.
Salah satu contoh paling terkenal adalah misi Lord Macartney ke Tiongkok pada tahun 1792. Bertujuan untuk memastikan kepentingan ekonomi Inggris ditegakkan dengan membuka lebih banyak pelabuhan perdagangan, Lord Macartney menolak untuk tunduk. Kaisar Qian Long sangat marah.
Teh menjadi pendorong utama dalam penciptaan kebijakan luar negeri Inggris. Namun akhirnya Dinasti Qing gagal membatasi perdagangan Inggris hanya pada satu pelabuhan. Dengan demikian, peningkatan perdagangan dapat dilihat sebagai langkah pertama imperialisme Inggris di Kekaisaran Tiongkok.
Kerajaan Inggris berhasil mendapatkan pengaruh politik atas Dinasti Qing.
Imperialisme Inggris di Kekaisaran Tiongkok dan Perang Candu
Kerajaan Inggris membayar teh Tiongkok dengan perak. Minat Kekaisaran Tiongkok terhadap komoditas Inggris sangat rendah. Sebaliknya, popularitas teh yang sangat tinggi di Inggris menyebabkan kerajaan itu mengalami defisit perdagangan. Dan perak tidak mencukupi. Kerajaan Inggris berusaha mengganti perak dengan komoditas perdagangan lain.
Pada akhir tahun 1780-an, para pedagang Inggris menawarkan opium sebagai pembayaran untuk teh. Strategi tersebut terbukti efektif. Perdagangan opium berkembang pesat meskipun Dinasti Qing melarang impor opium pada tahun 1800. Pada tahun 1819, Kerajaan Inggris berhasil membalikkan defisit perdagangan.
Perdagangan opium membuat khawatir pemerintah Dinasti Qing. Opium merusak kesehatan tenaga kerja. Selain itu, orang Tiongkok membayar terlalu banyak perak untuk opium impor dan membuat harga perak dalam negeri meningkat. Karena pajak harus dibayar dengan perak, hal ini menyebabkan kenaikan pajak, yang mengakibatkan keresahan sosial dan kebencian terhadap pemerintah.
Baca Juga: Dinasti Qing Kekaisaran Tiongkok Runtuh oleh Alasan yang Familier
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR