Parsamyan mengamati posisi lubang-lubang tersebut berdasarkan kalender astronomi. Dari hasil temuannya dalam publikasi berbahasa Armenia tahun 1985, lubang-lubang ini sejajar dengan matahari terbit dan terbenam pada titik balik matahari musim panas. Temuannya ini menyimpulkan kemungkinan fungsi situs Carahunge sebagai kalender astronomi.
Dekade berikutnya, penyelidikan ilmuwan Barat dimulai. Penyelidikan bermula ketika Paris Herouni, ahli radiofisika Uni Soviet-Armenia bersama timnya yang menyimpulkan Carahunge sebagai observatorium astronomi tertua di dunia. Penyelidikannya itu berlangsung sejak 1994 hingga 2001.
Hasil temuannya itu juga disahihkan setelah Herouni menghubungi Gerald Hawkins, astronom Amerika kelahiran Inggris yang terkenal dalam analisis Stonehenge sebagai observatorium astronomi peradaban dunia kuno. Analisis Herouni ini mengundang perdebatan hingga kini.
Hasil temuan itu justru mengundang Pavel Avetisyan, arkeolog National Academy of Sciences di Armenia. Avetisyan tidak berselisih dengan pandangan Herouni, melainkan menambahkan bahwa situs Carahunge sebenarnya multiguna "yang memerlukan penggalian dan studi jangka panjang".
Tim peneliti dari University of Munich datang menyelidiki pada 2001, dengan melibatkan Avetisyan. Hasil temuan mengkritik hipotesis observatorium astronomi peradaban dunia kuno.
Situs itu justru sebagian besar berfungsi sebagai kuburan peradaban dunia kuno era Zaman Perunggu Pertengahan hingga Zaman Besi. Tim memperkirakan pembangunan monumen ini tidak lebih dari 2000 SM. Dugaan ini selaras dengan mitos yang berkembang di kalangan masyarakat.
Ditambah lagi, situs ini mungkin masih berfungsi sebagai tempat perlindungan selama masa perang pada masa peradaban Yunani kuno.
Richard Ney, ilmuwan Amerika yang pindah ke Armenia sejak 1992, pernah mengunjungi situs Carahunge pada 1997. Selama dua dekade berikutnya, dia turut bolak-balik menyaksikan situs peradaban dunia kuno yang memiliki pemandangan indah ini.
Ney berpendapat bahwa Carhunge "terjebak di antara dua cabang ilmu pengetahuan yang berbeda dengan pandangan yang yang berlawanan". Dia lebih meyakini kebenaran pandangan yang menyebut situs kuno ini sebagai multiguna, baik pengamatan astronomi maupun kuburan dunia kuno.
"Saya rasa keduanya benar, namun saya tidak akan pernah mengakuinya," katanya, dikutip dari Smithsonian Magazine.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR