Bambu digunakan untuk dinding dan lantai ruangan, sedangkan atapnya menggunakan ijuk yang terbuat dari daun kelapa kering. Pada tanah yang miring dan tidak rata, bangunan akan ditopang dengan menggunakan tumpukan batu.
Sebelum mulai menanam padi, Suku Baduy melakukan upacara untuk memuji Dewi Sri yang telah menjaga tanahnya. "Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Baduy mempunyai ciri khas pada kearifan lokalnya khususnya dalam pengelolaan lingkungan hidup," tulis kedua peneliti.
Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Suku Baduy erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai pelestarian dan pelestarian alam. Hal pertama yang mereka lakukan dalam bertani adalah selalu melihat bagaimana alam dan manusia di dalamnya.
Nilai, norma, dan keyakinan selalu mengikat mereka dalam hal apapun dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal bertani. Apalagi kearifan lokal ini selalu terjaga karena adanya pewarisan pengetahuan tentang aturan dasar hidup dan kelangsungan hidup Suku Baduy yang diajarkan secara turun-temurun.
Namun, kedua peneliti juga menyoroti adanya ancaman nyata terhadap kearifan lokal Suku Baduy. "Ancaman masyarakat Baduy dalam mengelola lingkungannya adalah keberadaan Desa Baduy sebagai destinasi wisata cagar budaya," tulis mereka.
"Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung membuat banyaknya sampah plastik di lingkungan Suku Baduy. Sehingga, suasana di Baduy yang dijaga masyarakat setempat menjadi kotor. Kehadiran wisatawan juga menyebabkan masuknya budaya luar. Hal ini dapat merusak keaslian adat istiadat Suku Baduy," papar mereka mewanti-wanti.
Mereka menegaskan, "Kehadiran wisatawan dapat mempengaruhi keindahan alam bahkan keaslian adat istiadat yang dimiliki suku ini sehingga dapat menjadi ancaman bagi Suku Baduy."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR