Geger melanjutkan, kehadiran orang Buton di Seram kemudian semakin bertambah pada masa kolonialisme Eropa sejak abad ke-15. Pembukaan lahan perkebunan di Seram melibatkan tenaga kerja orang luar Seram, termasuk Buton. Hal ini menyebabkan gelombang migrasi berikutnya dari Sulawesi Tenggara.
Kemudian keragaman etnis di Seram semakin bertambah, terutama ketika program transmigrasi diadakan oleh pemerintah Indonesia. Program transmigrasi ini paling gencar semasa Orde Baru.
Akan tetapi, program transmigrasi ini mengakibatkan ketimpangan bagi masyarakat Seram yang sudah lama bermukim. Hal inilah yang kemudian menyebabkan konflik di Maluku pada 1999. Orang Buton yang dianggap sebagai kelompok masyarakat pendatang pun menjadi sasarannya.
Keajaiban Mitos yang Mendamaikan
Konflik Maluku baru mereda setelah Piagam Malino II pada 2002. Geger mengatakan, masyarakat di Seram mengupayakan kehidupan yang damai dan mencegah pertikaian sejenis terulang.
"Bahkan ada yang bilang 'akhirnya kita damai juga, ya'," tutur Geger. "Orang Seram di Seram Utara juga merasa berhati-hati ketika bercerita tentang kenangan pahit, supaya tidak menyinggung orang (etnis) Buton."
Menariknya, dalam mitologi Maluku terkait asal-usul kependudukan Seram Utara dituturkan orang Seram dengan melibatkan kehadiran orang Buton. Disebutkan bahwa ketika leluhur orang Seram datang ke Seram Utara, mereka menjumpai makhluk berkepala manusia dan berbadan ular. Orang Seram percaya bahwa makhluk tersebut adalah leluhur orang Buton.
"Orang Buton, baik di Sulawesi maupun di Seram, punya mitos serupa yang disebut La Ode Wuna," terang Geger. La Ode Wuna, dalam mitologi Buton, disebutkan sebagai anak raja yang diusir atau kabur dari ayahnya yang merupakan raja di Sulawesi Tenggara. La Ode Wuna berubah menjadi ular berkepala manusia, pergi ke laut, dan tidak kembali.
"Menariknya, cerita ini tidak ada dalam mitos orang Seram dekade 1960-1970-an," kata Geger. "Cerita La Ode Wuna juga tidak populer di Sulawesi, tapi kalau [orang Buton] di Seram, cerita ini diceritakan di mana-mana. Bisa dibilang, cerita La Ode Wuna hanya mitos kecil orang Buton di Sulawesi, tapi sangat populer di sini."
Ketika cerita orang Seram yang berjumpa dengan makhluk ini dalam mitologinya, hal ini membawa perspektif berbeda. Bagi orang Buton di Seram, cerita ini dianggap bahwa kehadiran mereka sudah ada sejak lama.
Baca Juga: Molukse Wijk, Tempat Penampungan Ribuan Orang Maluku di Belanda
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR