Nationalgeographic.co.id—Usai dibuka dengan tari Pendet, sosialisasi Toyota Eco Youth (TEY) 13 Goes to Bali resmi digelar Puri Agung Peliatan, Ubud pada Jumat 28 Juni 2024.
Bali sendiri merupakan kota ketujuh yang dikunjungi tim TEY 13. Kota-kota lain yang sudah dikunjungi adalah Jakarta, Balikpapan, Makassar, Sorong, Surabaya, dan Yogyakarta.
Seperti gelaran di kota-kota lainnya, sosialisasi TEY kali ini pun dipenuhi oleh ratusan siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat yang didampingi oleh para bapak atau ibu guru.
Johanes Pandyopranoto, General Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM), mengawali diskusi dengan mengingatkan tentang kondisi bumi yang memang sedang tidak baik-baik saja.
Terutama mengingat tetangga Indonesia, yaitu Filipina dan Thailand yang baru saja merasakan panas ekstrem hingga menembus 40 derajat Celsius.
"Ini menunjukkan bahwa perubahan iklim bukan isu satu negara, tapi isu dunia," tutur Johanes.
Untuk itu, Johanes menekankan bahwa upaya untuk mengatasi pemanasan global memerlukan komitmen bersama. Sehingga, menurutnya, setiap orang harus bisa bertanggung jawab atas segala aktivitas mereka yang menghasilkan karbon dioksida.
Di Toyota sendiri, papar Johanes, upaya tersebut salah satunya dilakukan dengan merenovasi pabrik agar bisa menggunakan energi terbarukan. Tujuannya untuk menetralkan karbon yang dihasilkan.
Itu bagi perusahaan. Bagi masing-masing orang, upaya yang dilakukan bisa dimulai dari hal yang sangat kecil
"Dream big, start small. Kita bisa memulai dari hal-hal kecil," tutur pria yang kerap disapa Pak Jo tersebut.
Baca Juga: Toyota Eco Youth Goes To Yogya: Dorong Generasi Muda Bertindak untuk Planet Bumi
Untuk itulah, Johanes mengajak generasi muda untuk berkontribusi terhadap lingkungan. Salah satunya melalui program Toyota Eco Youth yang sudah digelar sejak 2005.
Melalui TEY, siswa-siswi SMA dan sederajat bisa menyumbangkan ide-ide terbaiknya untuk bisa membuat bumi menjadi lebih baik. Toyota sendiri tidak hanya akan menampung ide, tapi juga memberikan pendampingan bahkan dana untuk mewujudkan ide-ide terbaik.
"So it's time for everyone. Kita minta adik-adik untuk berbondong-bondong menyalurkan ide karya mengenai lingkungan," pungkas Johanes.
Sementara itu, Cokorda Gde Putra Nindia, Pelingsir Puri Agung Peliatan, selaku tuan rumah mengapresiasi program TEY. Menurut Cok Nindia, hal tersebut merupakan wujud perhatian terhadap lingkungan di Indonesia.
Cok Nindia sendiri mengusulkan upaya mengatasi masalah lingkungan melalui penanaman pohon. Bahkan, dirinya berharap setiap rumah bisa menanam masing-masing pohon.
Apalagi, menurut Cok Nindia, semua orang harus menjaga alam. "Kita tidak bisa hanya berpikir untuk hari ini, tapi juga untuk generasi anak cucu yang tetap hidup di bumi," tutur Cok Nindia.
Hak generasi muda
Ade Sulaeman, Editor National Geographic Indonesia, melanjutkan diskusi dengan membahas tentang dekarbonisasi.
Mengutip lama 8 Billion Trees, Ade menjelaskan dekarbonisasi sebagai proses mengurangi dan akhirnya benar-benar menghilangkan emisi karbon dioksida dari kegiatan kita sehari-hari.
Pembahasan dilanjutkan tentang salah satu berita terbaru terkait dengan dampak pemanasan global, yaitu kematian jemaah haji tahun 2024. Ade memaparkan bagaimana pada tahun ini, terdapat ratusan jemaah haji yang meninggal dunia karena cuaca panas yang terjadi di Arab Saudi.
Baca Juga: Kick Off Toyota Eco Youth Ke-13: Generasi Muda Siap Berinovasi untuk Lingkungan
Kondisi tersebut, menurut data yang didapatkan Ade, bisa lebih buruk hingga mencapai lima kali lipat pada tahun-tahun mendatang.
Untuk itulah, Ade mengajak generasi muda untuk sama-sama bergerak melakukan perubahan-perubahan, yang bisa jadi sangat kecil, demi lingkungan.
Hal senada disampaikan oleh Sahara Putri Ayu Kenanga Gunawan, pegiat lingkungan sekaligus Vice President Bali Youth Parliament for Water.
Sahara mengajak generasi muda untuk melakukan upaya menyelamatkan lingkungan baik melalui turun langsung ke lapangan, melalui advokasi, melalui karya-karya ilmiah, maupun melalui seni.
Banyaknya pilihan ini, menurut Sahara, adalah salah satu solusi untuk mengatasi tantangan di generasi muda yang, menurutnya, saat ini tidak semua peduli terhadap lingkungan.
Apalagi, dalam pandangan Sahara, generasi muda juga banyak yang terhambat dari sisi akses pendidikan, informasi, dan bahkan keterampilan terkait dengan lingkungan.
Jadi, bagi Sahara, yang terpenting adalah komitmen serta kolaborasi untuk bisa menyatukan ide yang memberikan dampak besar bagi masyarakat.
"Era saat ini bukannya era siapa yang menang, tapi harus sama-sama berkolaborasi," ucap lulusan Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana tersebut.
Dalam edisi ke-13, Toyota Eco Youth (TEY) mengangkat tema "EcoActivism, Saatnya Beraksi Jaga Bumi." Kompetisi ini ditujukan untuk pelajar SMA dan sederajat di seluruh Indonesia.
Hingga 30 Juni, sebanyak 713 proposal inovasi eco project dari para pelajar SMA atau sederajat dari seluruh Indonesia telah diterima oleh panitia TEY) ke-13.
Untuk menjaring lebih banyak inovasi demi lingkungan yang lebih baik dan bumi tetap lestari, tim TEY ke-13 membuka pendaftaran gelombang kedua. Tim TEY membuka kembali kesempatan pendaftaran ini hingga 31 Juli 2024.
Informasi lebih lanjut tentang proyek ini dapat ditemukan di situs web ToyotaEcoYouth.com atau melalui nomor WhatsApp 0811252413. Semangat berpartisipasi!
KOMENTAR