Nationalgeographic.co.id—Beras merupakan produk vital yang dihasilkan dari tanaman padi di lahan sawah. Namun, para petani sering kali melakukan pemupukan secara tidak tepat, mengabaikan kondisi tanah dan kebutuhan hara tanaman. Hal ini mengakibatkan akumulasi hara fosfor (P) dan kalium (K), yang dapat merugikan lahan pertanian.
Pengelolaan lahan sawah juga perlu memperhatikan kation ratio, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan hidrogen (H). Pada lahan masam, tingkat kalsium dan magnesium rendah, sehingga penambahan dolomit diperlukan.
Sementara itu, lahan basa umumnya didominasi oleh kalsium, dengan tingkat magnesium dan kalium yang rendah. Di daerah pantai, tingginya kandungan natrium dan magnesium mendominasi tanah.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, penggunaan bahan organik direkomendasikan. Namun, sumber bahan organik di wilayah kering terbatas. Potensi sumber daya laut, seperti rumput laut atau ganggang, menjanjikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, pembenah tanah, dan biostimulan.
Dalam webinar TERAS-TP#5 dengan tema "Pengelolaan Kesuburan Tanah Sawah dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam sebagai Biostimulan dan Pembenah Tanah" yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, diungkapkan bahwa kondisi kesuburan lahan sawah menghadapi tantangan serius.
Kepala Pusat Riset Hortikultura BRIN, Dwinita Wikan Utami, menyatakan saat ini kondisi kesuburan lahan sawah kita sedang menghadapi tantangan yang cukup serius. Degradasi tanah, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan serta praktek pengelolaan yang kurang tepat telah mengakibatkan penurunan kualitas tanah dan produktivitas tanaman.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengeksplorasi kembali dan mengembangkan metode-metode pengelolaan tanah yang lebih berkelanjutan. Dalam konteks ini pemanfaatan sumber daya alam sebagai biostimulan dan pembenah tanah menjadi sangat relevan.
“Salah satu sumber daya alam yang memiliki potensi besar antara lain adalah rumput laut. Rumput laut yang selain kaya akan nutrisi juga mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai biostimulan dan pembenah tanah. Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku biostimulan dan pembenah tanah dapat menjadi solusi yang efektif dan ramah lingkungan untuk meningkatkan kesuburan tanah sawah kita dan juga untuk peningkatan produktivitas,” kata Dwinita.
Dwinita juga berharap melalui webinar ini dapat membuka wawasan baru dan mendorong implementasi praktek budidaya berkelanjutan dalam pengelolaan lahan pertanian serta mendorong kolaborasi dan pertukaran informasi yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas lahan pertanian di Indonesia secara berkelanjutan.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, menekankan bahwa pengelolaan lahan pertanian yang tepat sangat penting untuk mempertahankan keberlanjutan produksi pangan. Eksploitasi berlebihan terhadap lahan pertanian dapat menghambat keberlanjutan produksi pangan. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya hayati lokal dan laut, seperti rumput laut, sebagai bahan biostimulan dan pembenah tanah perlu dioptimalkan.
“Tema yang diambil pada webinar ini sangat relevan sekali dengan kondisi kekinian sebagaimana yang disampaikan oleh Plh Kepala ORPP bahwasanya degradasi lahan di Indonesia saat ini menjadi permasalahan yang sangat serius. Setelah dicanangkannya revolusi hijau yang mencakup penggunaan pupuk, penggunaan varietas unggul yang berumur genjah, eksploitasi lahan yang sangat intensif yang berdampak pada degradasi lahan,” imbuh Yudhistira.
Baca Juga: Ketika Leluhur Kita Kendalikan Alam, Genetika Banyak Spesies Berubah
Source | : | Brin.go.id |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR