Nationalgeographic.co.id—Imigran Tiongkok telah pindah ke Thailand sejak abad ke-12. Namun jumlah mereka mulai bertambah pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Saat itu, para migran miskin mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik di Thailand.
Pada awal tahun 1900-an, sekitar sepertujuh penduduk Thailand adalah keturunan Tionghoa. Sebagian besar komunitas Tionghoa Thailand berasimilasi dengan budaya Thailand dan mengadopsi bahasa Thailand. Kini mereka dapat ditemukan di semua kelas masyarakat Thailand.
Sementara itu, dampak lanjutannya terhadap masakan nasional tidak dapat disangkal. Salah satunya adalah pad thai.
Pad thai, hidangan nasional Thailand, merupakan contoh masakan Tionghoa Thailand yang paling menonjol. Berarti Thailand stir fry, dibuat dengan cara menumis mi beras tipis dan pipih.
Mi tersebut ditumis dengan bawang putih, chai poh (lobak asin manis Tiongkok yang diawetkan), udang kering, dan tahu. Saus yang digunakan adalah saus yang terbuat dari ikan, saus pasta asam dan gula palem.
Bagian tersulitnya, jelas Pichaya “Pam” Soontornyanakij, adalah mendapatkan keseimbangan rasa dan tekstur mi yang tepat. Pam merupakan seorang koki di restoran Potong di Bangkok.
“Kami tidak memasak mi seperti Anda memasak pasta. Kami menumisnya dalam panci berisi saus. Idenya adalah memasak mi sampai menyerap cukup saus untuk mendapatkan rasa yang tepat. Namun mi juga perlu menyerap cukup cairan agar menjadi lembut,” katanya.
“Caranya begini: Kalau mi sudah menyerap semua rasa di wajan tetapi masih belum empuk, kita tidak menambahkan saus lagi, kita menambahkan air lagi.”
Biasanya disajikan di kedai jajanan kaki lima di Bangkok dan di seluruh Thailand, pad thai adalah jenis hidangan informal sehari-hari. Hidangan ini biasa dinikmati oleh pekerja kantoran di kedai saat makan siang. Pad thai dijual dengan harga tidak lebih dari sekitar 50 baht Thailand atau Rp22.000.
Saat ini, pad thai dapat ditemukan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pada 2001, Global Thai Restaurant Company dibentuk oleh pemerintah Thailand. Tujuannya adalah mendirikan setidaknya 3.000 restoran Thailand di seluruh dunia. Hal ini menjadi bagian dari apa yang dikenal sebagai upaya “diplomasi gastro” Thailand.
Sejak itu, jumlah restoran Thailand di luar Thailand telah bertambah dari 5.500 menjadi lebih dari 15.000. Sementara di Amerika Serikat saja, jumlahnya meningkat dari 2.000 menjadi 5.000.
Baca Juga: Menurut Koki dan Ilmuwan, Apakah Beras Perlu Dicuci Sebelum Dimasak?
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR