Beberapa pakar mempertanyakan mengapa bukti mengenai Heraia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Olimpiade. Namun Scanlon berpendapat bahwa kita tidak boleh melihat hal ini sebagai sesuatu yang tidak biasa. Ia menunjukkan kurangnya bukti serupa untuk festival dan acara anak perempuan lainnya, yang mungkin dianggap kurang penting oleh penulis Yunani laki-laki.
Pelatihan kuda untuk wanita menikah
Selain Heraia, terdapat bukti adanya pertandingan lokal lainnya untuk perempuan yang belum menikah di seluruh dunia Yunani kuno. Terutama setelah berdirinya Kekaisaran Romawi pada tahun 27 SM. Di Sparta, tempat anak perempuan dan laki-laki menerima pendidikan jasmani, sumber-sumber kuno tampaknya menyebutkan pertandingan untuk anak perempuan Sparta.
Para arkeolog juga menemukan sebuah prasasti di Delphi dari sekitar abad pertama Masehi. Prasasti itu mencatat tentang seorang ayah menghormati ketiga putrinya. Ia merayakan kemenangan mereka dalam berbagai acara olahraga.
Kemungkinan besar tidak ada tempat bagi wanita yang sudah menikah untuk berolahraga di Yunani kuno, kecuali pelatihan kuda. Balap kereta adalah salah satu olahraga yang dipertandingkan pria di Olimpiade. Meskipun wanita tidak dapat balapan sendiri, mereka dapat melatih kuda sebagai persiapan untuk balapan.
Peluang ini hanya terbuka bagi perempuan kaya yang mampu mensponsori kereta. Selain itu juga satu-satunya cara perempuan bisa “memenangkan” acara Olimpiade. Wanita pertama yang diketahui memenangkan perlombaan Olimpiade dengan mensponsori kereta adalah putri Spartan Cynisca. Ia yang memenangkan Olimpiade pada tahun 396 dan 392 SM.
Cynisca memperingati pencapaiannya dengan mendirikan sebuah patung. Patung itu mengungkapkan bahwa ia adalah wanita pertama dari semua wanita Yunani yang memenangkan kemenangan Olimpiade.
Cynisca tidak akan bisa menghadiri Olimpiade untuk menonton perlombaan keretanya, begitu pula sponsor kereta wanita lainnya. Meskipun Pausanias menulis bahwa gadis yang belum menikah dan pendeta Demeter Chamyne dapat menghadiri Olimpiade. hukuman bagi wanita yang sudah menikah yang tertangkap menghadiri pertandingan tersebut adalah dilempar hingga mati dari gunung.
Namun, Pausanias juga menulis bahwa belum pernah ada perempuan yang menerima hukuman tersebut. Rupanya, satu-satunya wanita yang diketahui tertangkap menyelinap ke Olimpiade telah menerima pengampunan kematian. Konon ayah, saudara laki-lakinya, dan putranya semuanya adalah pemenang Olimpiade yang dihormati.
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR