Nationalgeographic.co.id—Setiap 4 tahun di Yunani kuno, anak laki-laki dan laki-laki dewasa melakukan perjalanan ke Olympia untuk menghormati dewa Zeus. Caranya adalah dengan berkompetisi di Olimpiade. Ada bukti bahwa acara olahraga lainnya diadakan di stadion yang sama setiap 4 tahun. Dan cara ini diperuntukkan bagi remaja putri.
Disebut Heraia, acara itu merupakan perlombaan lari untuk menghormati Dewi Hera. Para peserta berkompetisi dalam berbagai kategori usia di lintasan Olimpiade putra versi singkat. Para pemenang menerima mahkota daun zaitun seperti pemenang Olimpiade. Pemenang juga mendapat sebagian dari seekor sapi yang dikorbankan untuk Hera. Meskipun hanya ada sedikit bukti mengenai Heraia, para ahli berteori bahwa itu mungkin merupakan ritual inisiasi pranikah.
“Saya pikir Heraia mungkin merupakan sebuah ritual sosial,” kata Nancy Serwint, seorang profesor seni kuno dan arkeologi di Arizona State University.
“Ritual perkenalan sosialnya adalah seseorang meninggalkan masa kanak-kanak. Saat itu, mereka siap mengambil langkah selanjutnya untuk dimasukkan ke dalam kategori layak menikah,” katanya. Bagi gadis-gadis yang belum menikah, Heraia mungkin merupakan perkenalan sosial ke dalam masyarakat dewasa.
Berlomba menuju kedewasaan
Bukti tertulis tentang Heraia (kadang-kadang disebut Heraea atau Permainan Heraean) berasal dari catatan Pausanias. Ia adalah seorang ahli geografi dari abad kedua Masehi yang menulis tentang perjalanannya ke seluruh dunia Yunani kuno. Dia menulis bahwa Heraia berasal dari “zaman kuno”, dan dikaitkan dengan Hippodameia, ratu mitologi Pisa. Sang ratu memiliki keinginan untuk berterima kasih kepada Hera atas pernikahannya dengan Pelops.
Satu-satunya bukti lain yang diketahui tentang Heraia adalah patung-patung yang tampaknya menggambarkan pelari wanita yang mengenakan kostum khusus. Menurut Pausanias, kostum itu dikenakan oleh pelari Heraia. Satu patung adalah patung perunggu yang berasal dari tahun 520 hingga 500 SM. Sedangkan patung lainnya (dari marmer) berasal dari tahun 30 SM hingga tahun 68 M. patung-patung itu menunjukkan bahwa Heraia mungkin telah berlangsung selama beberapa abad.
Kostum pelari Heraia terkenal karena biasanya hanya dikenakan oleh pria yang melakukan aktivitas berat seperti bertani, hingga berlayar. “Kegiatan apa pun yang membuat Anda berkeringat,” kata Serwint. Pakaiannya berupa tunik atau gaun pendek yang ujungnya tepat di atas lutut dan membiarkan bahu kanan serta payudara terbuka.
Serwint berpendapat bahwa kostum itu penting karena menjadi bagian dari festival inisiasi. Pakaian khusus Heraia menunjukkan bahwa Heraia bukan hanya sekelompok gadis yang berlarian. “Heraia adalah sebuah ritual sosial yang penting dalam kehidupan seorang gadis yang belum menikah. Saat itu, anak perempuan mungkin sudah menikah pada usia 14 atau 16 tahun. Jadi pelari tersebut mungkin tidak lebih tua dari usia remajanya.
“Salah satu tujuan Heraia adalah agar Anda mendapatkan suami yang baik, pernikahan yang baik,” kata Thomas F. Scanlon, profesor di Universitas California. Dewi acara olahraga tersebut, Hera, adalah dewi pernikahan, meskipun pernikahannya sendiri dengan Zeus sangat sulit.
Beberapa pakar percaya bahwa Heraia hanya melibatkan perempuan setempat. Namun Scanlon berpendapat bahwa Heraia melibatkan atlet perempuan bebas dari seluruh dunia Yunani kuno. Sama seperti Olimpiade yang mempertemukan laki-laki bebas dari berbagai negara kota Yunani kuno. Meskipun Pausanias tidak merinci siapa saja yang boleh menghadiri Heraia sebagai penonton, baik Scanlon maupun Serwint yakin hanya anak perempuan dan perempuan yang boleh hadir.
Baca Juga: Tidak Punya Penjara, Peradaban Yunani Kuno Tidak Suka Menghukum Warga?
Beberapa pakar mempertanyakan mengapa bukti mengenai Heraia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Olimpiade. Namun Scanlon berpendapat bahwa kita tidak boleh melihat hal ini sebagai sesuatu yang tidak biasa. Ia menunjukkan kurangnya bukti serupa untuk festival dan acara anak perempuan lainnya, yang mungkin dianggap kurang penting oleh penulis Yunani laki-laki.
Pelatihan kuda untuk wanita menikah
Selain Heraia, terdapat bukti adanya pertandingan lokal lainnya untuk perempuan yang belum menikah di seluruh dunia Yunani kuno. Terutama setelah berdirinya Kekaisaran Romawi pada tahun 27 SM. Di Sparta, tempat anak perempuan dan laki-laki menerima pendidikan jasmani, sumber-sumber kuno tampaknya menyebutkan pertandingan untuk anak perempuan Sparta.
Para arkeolog juga menemukan sebuah prasasti di Delphi dari sekitar abad pertama Masehi. Prasasti itu mencatat tentang seorang ayah menghormati ketiga putrinya. Ia merayakan kemenangan mereka dalam berbagai acara olahraga.
Kemungkinan besar tidak ada tempat bagi wanita yang sudah menikah untuk berolahraga di Yunani kuno, kecuali pelatihan kuda. Balap kereta adalah salah satu olahraga yang dipertandingkan pria di Olimpiade. Meskipun wanita tidak dapat balapan sendiri, mereka dapat melatih kuda sebagai persiapan untuk balapan.
Peluang ini hanya terbuka bagi perempuan kaya yang mampu mensponsori kereta. Selain itu juga satu-satunya cara perempuan bisa “memenangkan” acara Olimpiade. Wanita pertama yang diketahui memenangkan perlombaan Olimpiade dengan mensponsori kereta adalah putri Spartan Cynisca. Ia yang memenangkan Olimpiade pada tahun 396 dan 392 SM.
Cynisca memperingati pencapaiannya dengan mendirikan sebuah patung. Patung itu mengungkapkan bahwa ia adalah wanita pertama dari semua wanita Yunani yang memenangkan kemenangan Olimpiade.
Cynisca tidak akan bisa menghadiri Olimpiade untuk menonton perlombaan keretanya, begitu pula sponsor kereta wanita lainnya. Meskipun Pausanias menulis bahwa gadis yang belum menikah dan pendeta Demeter Chamyne dapat menghadiri Olimpiade. hukuman bagi wanita yang sudah menikah yang tertangkap menghadiri pertandingan tersebut adalah dilempar hingga mati dari gunung.
Namun, Pausanias juga menulis bahwa belum pernah ada perempuan yang menerima hukuman tersebut. Rupanya, satu-satunya wanita yang diketahui tertangkap menyelinap ke Olimpiade telah menerima pengampunan kematian. Konon ayah, saudara laki-lakinya, dan putranya semuanya adalah pemenang Olimpiade yang dihormati.
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR