Selama bergenerasi, Pagoda Sakyamuni, atau yang lebih dikenal dengan Pagoda Kayu Yingxian, menjadi landmark paling terkemuka di Yingxian. Namun, seiring waktu, menara ini mulai mengalami kemiringan.
Zhao Yushan, seorang tukang kayu berusia 63 tahun di Yingxian, begitu terpesona saat pertama kali melihat menara tersebut di masa remajanya. Sejak saat itu, ia mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk mereplikasinya.
Dengan menggunakan metode konstruksi tradisional, ia telah membuat banyak replika skala kecil Pagoda Sakyamuni. Saat ini, ia tengah mengerjakan replika setinggi 8 meter.
Pagoda ini memiliki struktur segi delapan dengan sembilan lantai, di mana lima lantai terlihat dari luar dan empat lainnya berada di bagian dalam. Patung Buddha di setiap lantai dan lukisan yang menghiasi dinding bagian dalam lantai pertama adalah karya seni dari Dinasti Liao.
"Masyarakat setempat percaya bahwa pagoda ini dibangun oleh Lu Ban (legenda ahli pertukangan kayu Tiongkok pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-476 SM)). Pengerjaannya sungguh melampaui kemampuan manusia," ungkap seorang warga Yingxian yang bermarga Li.
"Ia menambahkan bahwa kemiringan pagoda yang semakin bertambah selama beberapa tahun terakhir membuat pekerjaan restorasi menjadi semakin mendesak," jelas Wangshiu dan Xingxin.
Dilestarikan dan 'dihidupkan' lewat teknologi tinggi
Pada bulan April, program realitas virtual (VR) yang mereplikasi pagoda ini diluncurkan, membuka gerbang bagi pengalaman wisata yang revolusioner.
Di balik proyek inovatif ini, terdapat kolaborasi erat antara Lenovo Group dan Sekolah Arsitektur Universitas Tsinghua. Dimulai pada Februari tahun lalu, tim Universitas Tsinghua memulai pembuatan model struktur kayu di dalam pagoda, menghasilkan basis data parameter yang komprehensif.
Lenovo Group, di sisi lain, memanfaatkan teknologi komputasi spasial berbasis AI yang mereka kembangkan. Teknologi ini menggabungkan kecerdasan buatan (AI), "neural radiance fields", dan realitas tertambah (AR) untuk membangun "kembaran" digital pagoda dengan presisi tinggi.
Hasilnya, pengunjung dapat merasakan sensasi seolah-olah mereka sedang menaiki pagoda dan menjelajahi bagian dalamnya secara virtual, hanya dengan mengenakan kacamata VR.
Baca Juga: Rekonstruksi Kemegahan Jamuan ala Kekaisaran Tiongkok, Ada Tangan Beruang
KOMENTAR