Proses terbentuknya waterspout bisa diibaratkan seperti mencabut sumbat bak mandi. Saat sumbat ditarik, air akan berputar dengan sangat cepat menuju lubang pembuangan. Begitu pula dengan waterspout, udara yang berputar dengan cepat tersedot ke atas, menciptakan pusaran yang semakin kuat.
Peter Inness, ahli meteorologi dari University of Reading, memberikan analogi lain yang lebih menarik. Ia membandingkan proses terbentuknya waterspout dengan seorang skater yang sedang berputar.
Saat skater menarik kedua tangannya, putaran tubuhnya akan semakin cepat. Begitu pula dengan udara dalam waterspout, saat udara terkonsentrasi pada satu titik, putarannya akan semakin cepat dan membentuk corong yang khas.
Ancaman tersembunyi bagi kapal
Meskipun angin yang dihasilkan oleh waterspout dapat mencapai kecepatan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 55 mil per jam, namun umumnya waterspout memiliki durasi yang singkat dan area jangkauan yang terbatas.
"Waterspout biasanya hanya beraksi di satu titik selama beberapa menit," ungkap BOM. Hal ini berarti, jika kapal dapat menghindari pusat pusaran waterspout, maka risiko kerusakan akan jauh lebih kecil.
Kasus tenggelamnya kapal pesiar mewah Bayesian di lepas pantai Palermo, Italia, sempat dikaitkan dengan kejadian waterspout. Namun, hingga kini belum ada bukti yang kuat untuk mendukung dugaan tersebut.
"Kejadian itu terjadi di malam hari dan tidak ada dokumentasi visual yang cukup," ujar Luca Mercalli, presiden Masyarakat Meteorologi Italia. Minimnya data membuat penyebab pasti tenggelamnya kapal Bayesian masih menjadi misteri.
Kapal dirancang untuk menghadapi kondisi cuaca buruk, termasuk angin kencang. Kapal layar, misalnya, memiliki desain khusus yang memungkinkan kapal untuk kembali tegak setelah terdorong oleh angin.
"Kapal layar memiliki lunas yang berat dan besar, sehingga ketika kapal mulai miring, lunas akan menarik kapal kembali ke posisi semula," jelas Sills.
Namun, ancaman terbesar bagi kapal bukanlah terbalik, melainkan masuknya air ke dalam lambung kapal. Ketika kapal terombang-ambing akibat hempasan gelombang dan angin kencang, pintu atau jendela yang tidak tertutup rapat dapat menjadi celah masuknya air.
Baca Juga: Kemudahan Akses Informasi dalam Genggaman untuk Kesiapsiagaan Bencana
KOMENTAR