Wilayah laut Indonesia mengandung potensi ekonomi maritim yang sangat besar dan beragam. Ada setidaknya tiga belas sektor di laut yang dapat dikembangkan dan dapat berkontribusi pada perekonomian dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Sektor tersebut meliputi: a. Perikanan tangkap, b. Akuakultur, c. Industri pengolahan budidaya, d. Industri bioteknologi laut, e. Pertambangan dan energi, f. Pariwisata maritim, g. Transportasi laut, h. Industri dan jasa maritim, i. Pulau-pulau kecil, j. Sumber daya non-konvensional, k. Pembangunan kelautan, l. Benda-benda berharga dan warisan budaya, m. Jasa lingkungan dan Keanekaragaman Hayati.
Sektor perikanan sebagai salah satu sumber daya alam memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan meningkatkan standar hidup bangsa pada umumnya serta meningkatkan pendapatan nelayan pada khususnya.
Namun, sangat disayangkan, kurang dari 14,58 juta orang atau sekitar 90% dari 16,2 juta nelayan di Indonesia tidak diberdayakan secara ekonomi atau politik dan berada di bawah garis kemiskinan.
Nelayan di Indonesia tidak diberdayakan secara ekonomi maupun politik dan berada di bawah garis kemiskinan. Paul Durrenberger meyebut bahwa "nelayan menangkap ikan untuk hidup. Mereka tidak mencari nafkah dengan menghadiri rapat."
Kesejahteraan nelayan di Kodingareng mulai terkikis sejak penambangan pasir dimulai. Pulau Kodingareng secara administratif terletak di Kecamatan Sangkarang, dihuni oleh 1.059 rumah tangga, 2.282 pria, 2.251 wanita dengan total populasi 4.533 orang.
Sekitar 1.179 orang bekerja sebagai nelayan yang setiap hari mencari ikan di sekitar perairan Spermonde, yang menjadi titik kegiatan penambangan pasir. Memasuki bulan April hingga Oktober, semua nelayan dari Kodingareng berkumpul di area Copong Lompo.
Karena antara bulan April dan Oktober adalah musim timur di mana musim ini adalah musim panen bagi para nelayan di Kodingareng. Namun, pada musim timur tahun 2020, hasil tangkapan nelayan menurun drastis.
Data yang dihasilkan dari penelitian tersebut dengan jelas menunjukkan bagaimana perubahan dan penurunan jumlah tangkapan dan ekonomi nelayan Kodingareng sejak adanya kegiatan penambangan pasir laut di daerah tangkapan mereka.
Perubahan ini juga mempengaruhi sirkulasi ekonomi di daerah tersebut. Hal ini karena produk laut merupakan sumber utama penggerak ekonomi di pulau tersebut.
Selain itu, perubahan ekonomi juga dirasakan oleh masyarakat Kodingareng karena banyak dari mereka yang telah menggadaikan emas atau perhiasan, utang mereka meningkat, dan beberapa di antaranya bahkan telah menjual perahu mereka untuk mencari nafkah.
Baca Juga: Blue Carbon: Sedimen Dasar Laut, 'Bintang Utama' Penyerapan Karbon yang Pantang Diusik
Kesimpulan
Penambangan pasir laut yang terjadi di sekitar daerah tangkapan ikan berdampak pada hak-hak nelayan yang menangkap ikan di sekitar Perairan Spermonde, yang merupakan lokasi penambangan pasir laut.
Penambangan ini menyebabkan degradasi ekosistem laut dan juga degradasi ekonomi nelayan. Degradasi ekosistem laut disebabkan oleh pengerukan kapal tambang yang menyebabkan air laut menjadi keruh.
Kekeruhan air laut ini membuat nelayan sulit mendapatkan ikan, sehingga terjadi penurunan jumlah tangkapan ikan sebelum dan sesudah penambangan pasir.
Inilah yang menyebabkan degradasi ekonomi nelayan. Keberadaan penambangan pasir berdampak pada kesejahteraan nelayan yang telah dijamin oleh hukum.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR