Bagaimana mungkin ada oksigen yang dihasilkan di kedalaman ekstrem, jauh dari jangkauan sinar mentari? Awalnya, ia menduga adanya kesalahan pada peralatan penelitiannya. Namun, setelah melalui serangkaian pemeriksaan yang cermat, Sweetman dipaksa mengakui kenyataan bahwa data yang ia peroleh adalah akurat.
Melalui penelitian lebih lanjut, Sweetman dan timnya mengungkap fakta mengejutkan bahwa sumber oksigen misterius tersebut berasal dari nodul-nodul logam yang terbentuk secara alami di dasar laut. Nodul-nodul ini, yang kaya akan mineral berharga seperti kobalt, nikel, dan litium, ternyata memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen.
Penemuan revolusioner ini, yang kemudian dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Nature Geoscience, telah membuka babak baru dalam pemahaman kita tentang ekosistem laut dalam dan potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Nodul logam: Sumber daya alam yang tak terduga
Untuk memahami mekanisme di balik fenomena ini, para ilmuwan telah mengajukan hipotesis menarik. Mereka membayangkan nodul logam sebagai baterai alami yang bekerja secara terus-menerus di dasar laut.
Ketika nodul-nodul ini terendam dalam air asin, terjadilah reaksi kimia yang serupa dengan proses elektrolisis. Arus listrik yang dihasilkan oleh nodul-nodul ini memiliki kekuatan untuk memecah molekul air menjadi komponen penyusunnya, yaitu hidrogen dan oksigen.
Oksigen yang dilepaskan kemudian meresap ke dalam lingkungan sekitarnya, menciptakan sumber oksigen baru yang independen dari proses fotosintesis.
Hasil eksperimen laboratorium telah memberikan bukti empiris yang mendukung hipotesis ini. Para peneliti menemukan bahwa daya listrik yang dihasilkan oleh sebuah nodul logam memang tidak terlalu besar, setara dengan daya yang dihasilkan oleh baterai AA biasa.
Namun, ketika jutaan nodul logam berkumpul dalam suatu area di dasar laut, daya gabungan mereka dapat memicu reaksi elektrolisis pada skala yang lebih besar.
Penemuan ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang peran nodul logam dalam ekosistem laut dalam. Oksigen yang dihasilkan oleh nodul-nodul ini, yang sering disebut sebagai "oksigen gelap", kemungkinan besar mendukung kehidupan organisme mikroskopis dan invertebrata yang mendiami dasar laut.
Selain itu, oksigen gelap juga dapat mempengaruhi proses geokimia di dasar laut, seperti pelarutan mineral dan pembentukan sedimen.
Baca Juga: Ekspedisi BRIN dan OceanX Petakan Kekayaan Alam Laut Dalam Indonesia
KOMENTAR