Selain itu, ada pertanda lain yang menggambarkan nasib Achilles selama masa kecilnya. Misalnya, Thetis berusaha membuat Achilles bisa hidup abadi dengan mencelupkannya ke Sungai Styx, dengan memegangi bagian tumit Achille.
Namun, karena tumitnya tidak terkena air keabadian, itu menjadi titik lemahnya— kemudian dikenal sebagai "tumit Achilles"—yang melambangkan kejatuhannya.
"Ramalan-ramalan tentang Achilles menekankan kepastian takdir, sembari memunculkan peluang pilihan dan kemauan dalam membentuk takdirnya," ungkap Aditi dkk.
Meskipun ada ramalan tentang kematiannya yang tragis da cepat, Achilles dengan sadar melibatkan kehendak bebasnya secara aktif dalam Perang Troya dan memilih jalur kepahlawanan serta kemuliaan, meskipun menyadari risikonya.
"Secara keseluruhan, ramalan tentang Achilles mencerminkan kompleksitas antara takdir dan kehendak bebas dalam mitologi Yunani, serta tema abadi tentang kefanaan, kepahlawanan, dan pencarian keabadian."
Pilihan Achilles untuk Turun dalam Perang Troya
Keputusan Achilles untuk bergabung dalam Perang Troya adalah momen penting dalam hidupnya, ditandai dengan perpaduan yang kompleks antara motivasi pribadi, harapan masyarakat, dan pengaruh ilahi.
"Beberapa faktor berkontribusi pada pilihan Achilles untuk ikut serta dalam perang melawan Troya, meskipun ia sadar akan risikonya," ungkap Natalie Mary Gould dalam Character as fate in ancient literature | Achilles, Aeneas, Rostam, and Cyrus the Great.
"Achilles didorong oleh keinginan mendalam untuk meraih kemuliaan dan ketenaran pribadi. Sebagai putra nimfa laut Thetis dan raja Peleus, Achilles sudah ditakdirkan untuk menjadi besar," paparnya.
Namun, ia ingin dikenang sebagai prajurit dengan keterampilan dan keberanian yang tiada tara. Bergabung dalam Perang Troya memberi Achilles kesempatan untuk memperlihatkan kemampuannya di medan perang dan mendapatkan ketenaran abadi melalui tindakan heroik.
Baca Juga: Bagaimana Orang Yunani Kuno Mendesain Kota dan Permukiman Mereka?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR