Nationalgeographic.co.id—Gereja Our Lady of the Immaculate Conception (Chiesa di Santa Maria Immacolata) berada di 27 Via Veneto Roma, Italia. Ini merupakan gereja bersejarah milik biarawan Kapusin, sebuah ordo Katolik yang didirikan pada abad ke-16.
Apa yang menarik dari gereja ini? Di bawah gereja, sekitar 4.000 biarawan dimakamkan. Namun tidak seperti sebagian orang pada umumnya, para biarawan tersebut tidak dikubur dengan rapi di bawah batu nisan. Sebaliknya, kerangka mereka menghiasi dinding dan langit-langit.
“Bahkan lampu gantungnya dihiasi dengan tulang-tulang,” tulis Theo Zenou di laman Smithsonian Magazine.
Museum ini merangkum sejarah Kapusin, lengkap dengan artefak—termasuk rosario dan peralatan penitensi. Selain itu, ada lukisan asli karya Caravaggio, St. Francis in Meditation. Lukisan itu menggambarkan santo pelindung Kapusin yang tampak tenang sambil memegang tengkorak.
Merangkul kematian
Karya seni tersebut mencerminkan pendekatan Kapusin terhadap kematian. Bagi mereka, kehidupan kekal menanti semua orang yang menerima Kristus. Karena itu, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti melainkan untuk dirangkul.
Di situlah letak tujuan sebenarnya dari ruang bawah tanah tersebut: untuk membuat orang merasa nyaman dengan kematian.
Ruang bawah tanah Kapusin lainnya berada di Palermo dan Wina. Ruangan tersebut pun memamerkan tengkorak biarawan dengan tujuan yang sama. Namun, yang di Roma adalah yang paling spektakuler dan masih digunakan hingga kini.
Esmeralda Shahinas, kepala operasi museum mengatakan bahwa tempat ini terus menjadi tempat berdoa. Setiap tahun, pada Peringatan Semua Arwah Orang Beriman (2 November), para biarawan Kapusin mengadakan Misa di sana.
Asal-usul makam bawah tanah dibangun
Museum yang dibuka pada tahun 2012 ini mencoba menjelaskan misteri terselubung tentang bagaimana makam itu dibangun. Saat itu tahun 1624 dan ordo Kapusin sedang berkembang pesat. Sudah saatnya biara pusat yang lebih besar dibangun.
Baca Juga: Paus Menjadi Santo: Dulu Hal yang Biasa, Mengapa Kini Sangat Jarang?
Seorang Kapusin terkemuka, Kardinal Antonio Marcello Barberini, meminta bantuan kakak laki-lakinya, yang kebetulan adalah Paus Urbanus VIII. Bapa Suci memberi Barberini sebidang tanah utama di Roma untuk membangun gereja baru. Ia bahkan datang ke lokasi pembangunan untuk memberkati batu fondasi.
Bangunan megah itu selesai dibangun pada tahun 1631. Sebuah pertanyaan muncul: Apa yang harus dilakukan dengan jenazah para klerus yang dimakamkan di biara Kapusin lama?
Diputuskan untuk menggali dan menyimpan jenazah mereka di sebuah ruangan di bawah gereja baru. Selama lebih dari satu abad, para biarawan Kapusin dari seluruh dunia dimakamkan di sana.
Kemudian, pada pertengahan abad ke-18, seseorang memutuskan untuk berkreasi dan makam itu dibuat agar tampak seperti sekarang. Para peneliti tidak tahu pasti siapa yang bertanggung jawab.
Menurut legenda Roma, “dalangnya” adalah seorang seniman brilian yang telah melakukan kejahatan mengerikan. Seniman itu menemukan tempat berlindung yang aman di antara para Kapusin. Bekerja keras di tempat suci yang mengerikan ini adalah caranya untuk memohon ampun kepada Tuhan. Betapapun menariknya, kisah ini tampak mustahil.
Hipotesis yang lebih masuk akal diajukan oleh Rinaldo Cordovani, seorang biarawan Kapusin dan sejarawan. “Kemungkinan besar,” tulisnya dalam brosur museum, “bahwa penataan saat ini adalah karya salah satu seniman Kapusin yang biasa hadir di biara. Ia dibantu oleh berbagai perajin, yang juga biarawan.”
Namun, siapakah seniman Kapusin ini? Seorang libertine Prancis, Marquis de Sade, mungkin memegang kuncinya. Dalam buku harian perjalanannya, ia menulis bahwa seorang pastor Jerman membuat monumen pemakaman itu.
Cordovani menganggap bahwa yang dimaksud oleh Sade adalah seorang Kapusin Wina bernama Norbert Baumgartner. Baumgartner menghabiskan waktu di Roma pada abad ke-18. Jika demikian, Baumgartner layak dikenal sebagai seniman ulung.
Makam tengkorak menceritakan kisah memikat
Karena itulah tujuan utama makam ini: sebuah karya seni. Dan seperti semua karya seni hebat lainnya, makam ini menceritakan kisah yang memikat. Kisah ini berbicara tentang hakikat pengalaman manusia, yaitu ketidakkekalan.
Seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian: “Karena engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”
Baca Juga: Mengapa Gereja Ortodoks Koptik Alexandria Memiliki Paus Sendiri?
Kalimat ini akan terngiang saat memasuki ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah itu terbagi menjadi enam ceruk, di sampingnya terdapat koridor sempit yang dipenuhi jendela.
Ceruk pertama adalah sisa-sisa kerangka seorang biarawan Kapusin, yang memegang salib kayu, mengingatkan pada gambaran populer Malaikat Maut. Di tempat lain, motif-motif mencolok bersaing untuk menarik perhatian. Kusen pintu terbuat dari tulang rahang dan tulang belakang serta jam palsu terbuat dari tulang kaki dan jari. Lalu ada tengkorak yang dihias dengan dua sayap.
Yang paling mengejutkan dari semuanya, di atas langit-langit, terdapat kerangka seorang anak. Konon, itu adalah kerangka seorang bayi dari keluarga Barberini.
Ceruk-ceruk lainnya sama-sama fantastis. Kerangka kapusin diletakkan di atas lapisan tulang. Panggul melekat pada tulang belikat untuk membentuk mawar. Dan tulang rahang tersusun dalam bentuk segitiga. Tengkorak ditumpuk di atas tengkorak. Di mana-mana, ada sesuatu untuk dilihat dengan saksama.
Beberapa kumpulan tengkorak memiliki makna esoteris. Sebagai contoh, dua tulang lengan yang ditempelkan ke dinding dalam bentuk salib. Salah satu lengan itu ditutupi oleh lengan tunik kapusin. Menurut Cordovani, ini dimaksudkan untuk membangkitkan “lambang Fransiskan”, di mana lengan Kristus dan lengan St. Fransiskus saling bertautan.
Pengerjaannya sangat rumit, sangat presisi—setiap tulang memiliki bentuk dan ukuran yang tepat—dalam menyusun osuarium ini. Pasti sangat melelahkan untuk memilih di antara tumpukan tulang untuk menemukan potongan yang sempurna untuk setiap karya.
Lebih dari sekadar ketakutan akan tengkorak dan kematian
Namun, ada lebih dari sekadar ketakutan yang bisa dirasakan dari tempat ini. Sebuah pesan di salah satu ceruk menjelaskannya dengan singkat. Pesan tersebut berasal para biarawan kepada kita, dari masa lalu hingga masa kini, dari yang mati hingga yang hidup. “Apa yang kamu lakukan sekarang, kami dulu juga begitu; apa yang kami lakukan sekarang, kamu juga akan begitu.”
Ruang bawah tanah itu dikenal sebagai memento mori (bahasa Latin dari ingatlah bahwa kamu akan mati). Ruangan tersebut sebagai pengingat fisik bahwa hidup ini terbatas dan bahwa kita semua memiliki janji dengan kematian.
Janji Anda mungkin besok atau 80 tahun dari sekarang. Apa pun itu, kita tidak akan bisa terbebar dari kematian. Kematian tertulis di kalender kita dengan tinta yang tak terlihat namun tak terhapuskan.
Ruang bawah tanah Kapusin menunjukkan bahwa ada pendekatan lain yang lebih baik. Pertama, ada kapel marmer kecil. Di atas altar tergantung lukisan yang menggambarkan Perawan Maria dan Bayi Kristus yang menyelamatkan jiwa-jiwa dari api penyucian.
Kemudian, di ceruk berikutnya, dikelilingi tengkorak dan tulang, tergantung lukisan adegan Alkitab. Adegan tersebut adalah Yesus yang membangkitkan Lazarus dari kematian. Pesannya disampaikan dengan keras dan jelas: setelah kematian akan datang kebangkitan.
Ada pelajaran hidup yang luar biasa yang dapat dipelajari di ruang bawah tanah Gereja Our Lady of the Immaculate Conception. Menghadapi kematian Anda sendiri mungkin menakutkan.
Namun, jika Anda menerimanya, sesuatu yang ajaib akan terjadi. Anda mengalami hidup yang baru, meskipun hanya sesaat, dan merasa bersyukur karena masih hidup saat ini.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR