Terkait kolaborasi, Ivonne Bojoh, Chief Operating Officer (COO) and Director of Digital di Circle Economy, yang hadir dalam acara tersebut secara daring, turut menganggapnya sebagai kunci sukses dalam menuju ekonomi sirkular.
Bojoh melihat kolaborasi antara pembuat kebijakan, pemimpin industri, lembaga keuangan, akademisi, dan komunitas, merupakan pendekatan terbaik untuk mempercepat transisi menuju konsep ekonomi tersebut.
Namun, seperti yang disampaikan dalam film dokumenter Going Circular yang dibesut oleh Circle Economy, Bojoh menegaskan bahwa ekonomi sirkular lebih dari sekadar pengelolaan sampah. "Ini terkait dengan keseluruhan sistem ekonomi," tutur Bojoh.
Untuk itulah, pesan utama dari film tersebut, seperti dipaparkan Bojoh, menunjukkan bagaimana kita harus meregenerasi setiap pembelian dan setiap sumber daya yang dalam ekosistem kita. Tentunya dengan tujuan mencapai masa depan yang berkelanjutan.
Hanya saja, menurut Dimas Bagus Wijarnako, founder dari Getplastic, yang hadir menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut, ide-ide yang termuat dalam film tersebut lebih mudah diterapkan oleh masyarakat di negara maju. "Meski tidak menutup kemungkinan kita juga menjalankannya," ujar Dimas.
Selain itu, Dimas merasa bahwa ekonomi sirkular itu sebaiknya bukan mengolah suatu material secara berulang-ulang. Sebab, cara tersebut tetap menggunakan energi dalam pengolahannya. "Ini tetap menghasilkan emisi," ungkap Dimas.
Untuk itulah getplastic memilih untuk mengubah sampah yang mereka kumpulkan di tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar minyak yang kemudian digunakan untuk beragam industri.
"Entah itu untuk festival musik, entah itu untuk kendaraan. Intinya itu berakhir dan tidak menghasilkan sampah lagi," jelas Dimas.
Apa sebenarnya ekonomi sirkular?
Meski sudah panjang lebar membahasnya, bisa jadi Anda masih dengan apa sebenarnya yang dimaksud dengan circular economy (ekonomi sirkular)? Untuk itu, simak penjelasan lengkap dari laman European Parliament berikut ini.
Kita mengenal baik model ekonomi linier yang selama ini mendominasi: ambil sumber daya alam, olah menjadi produk, konsumsi, dan buang sebagai sampah. Model ini seperti aliran sungai yang searah, dengan sumber daya yang terus-menerus habis dan limbah yang menumpuk. Namun, sebuah alternatif yang lebih berkelanjutan telah muncul, yaitu ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular menawarkan pendekatan yang berbeda, di mana siklus hidup suatu produk diperpanjang semaksimal mungkin. Bayangkan sebuah lingkaran tak berujung, di mana material dan produk terus berputar dalam sistem ekonomi.
KOMENTAR