Saat ini, para peneliti mengidentifikasi keberadaan 18.768 spesies kupu-kupu di seluruh dunia dengan wilayah persebarannya yang bervariasi sebagaimana diungkap dalam Insects as Clues: What Can Butterflies Tell Us About Environmental Health?.
Misalnya, terdapat lebih banyak spesies kupu-kupu di hutan dibandingkan di lingkungan lain karena hutan memiliki lebih banyak sumber makanan serta kondisi suhu dan kelembapan yang mendukung perkembangan kupu-kupu.
Akan tetapi, masih banyak wilayah di Bumi yang belum diteliti. Jika wilayah-wilayah ini diteliti, kemungkinan besar akan ditemukan lebih banyak spesies kupu-kupu jenis baru.
Daur hidup kupu-kupu memiliki empat fase yang berbeda. Dimulai dengan betina bertelur di tanaman (umumnya, setiap spesies memakan jenis tanaman tertentu). Setelah beberapa hari atau minggu, telur menetas dan ulat (larva) muncul.
Setelah memakan tanaman dan tumbuh banyak, setiap ulat membangun kepompong yang disebut pupa. Di dalam pupa, transformasi besar dimulai.
Proses ini dapat berlangsung beberapa minggu tergantung pada spesiesnya. Akhirnya, kupu-kupu dewasa muncul dari pupa. Kupu-kupu dewasa terbang mencari makanan, untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk menjelajahi lingkungan dan bereproduksi. Setelah kupu-kupu kawin, siklus kembali berulang.
Kupu-kupu dapat dibagi menjadi dua kelompok: kupu-kupu yang memakan nektar bunga (kupu-kupu pemakan nektar), dan kupu-kupu yang memakan bahan organik seperti buah yang membusuk, feses, dan getah (kupu-kupu pemakan buah).
Anda mungkin pernah melihat kupu-kupu hinggap di tepi sungai atau genangan air. Hal ini terjadi karena beberapa spesies kupu-kupu melengkapi makanan mereka dengan meminum air yang kaya garam.
Menyelidiki Petunjuk: Menangkap Kupu-Kupu
"Jika Anda ingin mempelajari kupu-kupu secara langsung dari habitatnya, menggunakan jaring serangga adalah metode terbaik untuk menangkap kupu-kupu pemakan nektar," ungkap para peneliti.
Baca Juga: Mapala UI Sukses Gelar Universitas Indonesia Orienteering Race 2024
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR