Sangat sedikit yang diketahui tentang masa kecilnya. Namun, ia memiliki kecerdasan alami untuk semua hal tanpa pernah mengenyam pendidikan formal.
Dikatakan bahwa saat masih kecil, Socrates kurang memiliki sopan santun dan membantu ayahnya dalam bisnis pemahatan batu.
Menurut sejarawan Porphyrius, ia tidak patuh pada perintah ayahnya. Socrates awalnya mempelajari seni memahat tetapi kemudian meninggalkannya.
Menurut Pausanias, di Athena terdapat relief marmer yang menggambarkan tiga anugerah, yang konon dibuat oleh Socrates sendiri.
Konon, filsuf Archelaus pernah masuk ke bengkel tempat Socrates bekerja dan terkesan dengan argumen pemuda itu saat menagih pembayaran dari seorang pelanggan.
Saat itu, Socrates berusia 17 tahun dan Archelaus mengundangnya untuk menjadi muridnya. Namun, Socrates mengatakan bahwa ia juga pernah dilatih oleh Prodicus.
Socrates segera meninggalkan seni pahat untuk mengabdikan dirinya pada filsafat. Ia menghabiskan sisa hidupnya untuk mengajar, namun bukan di sekolah.
Ia membahas masalah moralitas, agama, sosial, dan politik di setiap bagian kota dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
Socrates di medan pertempuran
Pada tahun 431 SM, ketika Perang Peloponnesos hendak meletus, Socrates bertempur di Potidaea – sebuah negara-kota yang mengancam akan memisahkan diri dari Athena. Socrates bertempur di medan perang dan juga dalam pengepungan kota berikutnya.
Filsuf itu bertempur dalam perang tersebut selama tiga tahun. Kemudian ia kembali ke Athena sebagai bagian dari pasukan yang menang, sekaligus juga menonjolkan dirinya di medan perang.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR