Nationalgeographic.co.id—Selama berabad-abad, Gunung Olympus memiliki peran penting dalam sejarah manusia. Tidak hanya dalam mitologi Yunani, tetapi juga geologi dan ekologi.
Dalam mitologi Yunani, dewa-dewa Yunani kuno yang tinggal di puncak Gunung Olympus sangat penting dalam agama dan budaya. Juga dalam bidang arsitektur dan sastra. Para dewa-dewi Olympus dianggap penting selama beberapa generasi. Bahkan hingga saat ini, mitos tentang dewa-dewa Gunung Olympus terus diceritakan kembali.
Dan bukan cuma mitos, Gunung Olympus ada di dunia nyata. Secara fisik, pegunungan Olympus meliputi puncak yang disebut sebagai Gunung Olympus. Pegunungan ini merupakan lokasi dari sebuah tonjolan di mana batuan granit, metamorf, dan ofiolit terdorong ke atas endapan batu kapur kuno.
Selain itu, wilayah Olympus mengandung keanekaragaman hayati yang melimpah. Karena alasan-alasan ini, Gunung Olympus berada dalam biosfer UNESCO dan merupakan bagian dari taman nasional tertua di Yunani. Gunung ini terus memengaruhi sejarah manusia hingga saat ini.
Gambaran umum Gunung Olympus
Gunung Olympus sebenarnya adalah salah satu dari beberapa puncak di pegunungan Olympus. Puncak yang diyakini sebagai tempat tinggal para dewa mitologi Yunani kuno adalah arete yang diukir oleh gletser. Arate merupakan punggung gunung yang tajam. Puncak Olympus merupakan puncak tertinggi di Yunani.
Gunung Olympus terletak di Aegea di mana lerengnya naik secara dramatis dari permukaan laut hingga 2.918 meter. Topografi di sisi barat rata-rata lebih landai, akhirnya mengarah ke dataran Thessaly. Lokasi ini memungkinkan keanekaragaman hayati yang melimpah.
Lereng bawah Gunung Olympus memiliki iklim Mediterania yang khas, dengan pohon ek dan vegetasi dataran rendah. Di atas ketinggian 600 meter, hutan ek ini mengarah ke hutan beech dan cemara, dengan pinus hitam dan pinus Bosnia. Di atas 1.100 meter, pinus Bosnia secara bertahap menggantikan pinus hitam. Akhirnya, pada ketinggian lebih dari 2.500 meter, hutan tersebut mengarah ke vegetasi dataran rendah subalpin.
Sejarah Geologi Gunung Olympus
"Olympus Massif, seperti yang dikenal saat ini, mungkin mulai terbentuk selama Eosen (35-55 juta tahun yang lalu)," tulis Cales Strom di laman Ancient Origins. Saat itu lapisan batuan kristal dan laut terdorong ke atas lapisan batu kapur. Lapisan batu kapur tersebut berusia Mesozoikum atau Kenozoikum. Batuan dari dorong tersebut terdiri dari batuan granit, metamorf, dan ofiolitik. Batuan metamorf termasuk blueschist. Litologi blueschist jarang ditemukan di seluruh dunia dan cenderung terbentuk dalam kondisi suhu yang relatif rendah dan tekanan tinggi. Batuan ini membutuhkan batuan permukaan atau dekat permukaan untuk diangkut ke kedalaman sekitar 15-30 kilometer.
Selama Pleistosen, Gunung Olympus merupakan lokasi glasiasi yang signifikan. Tahap pertama glasiasi dimulai sebelum 200.000 SM. Glasiasi ini mengakibatkan terbentuknya lembah glasial. Selain meninggalkan lembah, glasiasi juga meninggalkan campuran es dan sedimen yang tidak mengalir seperti gletser. Glasiasi ini juga menciptakan arate, atau puncak glasial, seperti Gunung Olympus.
Baca Juga: 12 Dewa-dewi Olympus yang Jadi Dewa-dewi Utama dalam Mitologi Yunani?
Periode glasiasi terakhir di wilayah Gunung Olympus adalah sekitar 9500 SM. Setelah ini, tampaknya menjadi terlalu hangat untuk terjadinya glasiasi di wilayah tersebut. Geomorfologi glasial di Gunung Olympus kini menggambarkan fosil dari rezim iklim sebelumnya.
Ekologi Gunung Olympus
Karena ketinggian dan lokasinya dekat Laut Aegea, Gunung Olympus memiliki berbagai iklim mikro yang terbentuk dari banyak lerengnya. Gunung Olympus juga memiliki banyak lembah. Iklim mikro ini telah menghasilkan keanekaragaman hayati yang signifikan di wilayah Gunung Olympus.
Lereng bawah Gunung Olympus ditutupi oleh hutan chaparral dan hutan riparian. Flora yang membentuk zona ini meliputi pohon ek dan juniper. Pohon ek meliputi pohon ek kermes dan pohon ek Holm. Pohon lain yang ditemukan di sana adalah pohon stroberi Yunani. Vegetasi ini tumbuh hingga ketinggian 600 meter.
Dari ketinggian 600 meter hingga 1.400 meter, iklimnya mendukung hutan cemara dan beech yang lebat. Hutan beech di taman nasional Gunung Olympus sangat tua dan mengandung keanekaragaman hayati yang kaya. Hal ini dikarenakan hutan beech merupakan tempat perlindungan biologis selama Zaman Es terakhir.
Di atas ketinggian 1.400 meter, pohon pinus hitam digantikan oleh pohon pinus Bosnia. Di bawah ketinggian 600 meter, iklimnya pada dasarnya adalah Mediterania. Zona dari ketinggian 600 meter hingga 2.000 meter pada dasarnya merupakan iklim kontinental.
Di atas ketinggian 2.500 meter (8.202 kaki), iklimnya adalah sub-alpin. Interaksi antara ketiga zona iklim ini membuat wilayah Olympus sangat kompleks secara ekologis.
Kawasan alami ini juga mengandung spesies mamalia, burung, amfibi, dan reptil yang melimpah. Beberapa spesies di wilayah Olympus merupakan spesies endemik Yunani dan Balkan, yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Secara total, terdapat 1.700 taksa berbeda di dalam Taman Gunung Olympus. Terdapat lebih dari 100 spesies burung, termasuk banyak spesies elang dan pelatuk, dan hingga 30 spesies mamalia. Contoh yang menonjol adalah chamois Balkan, hewan mirip kambing, yang memiliki sepupu di pegunungan Eropa dan Timur Tengah. Selain itu, ada sekitar 30 spesies reptil dan amfibi.
Sejarah manusia di Gunung Olympus
Manusia pertama yang tinggal di sekitar Gunung Olympus kemungkinan adalah Neanderthal. Bukti arkeologi paling awal tentang komunitas Neanderthal di dekat gunung tersebut berasal dari sekitar 100.000 SM. Homo sapiens memasuki daerah tersebut sekitar 40.000 tahun yang lalu.
Pada 8000 SM, manusia tinggal di tempat tinggal yang sebagian berada di bawah tanah di sekitar gunung. Sekitar 800 SM, mereka mulai membangun rumah-rumah batu. Tidak diketahui bahasa apa yang digunakan penduduk asli wilayah tersebut, tetapi orang-orang Hellenik paling awal di wilayah tersebut mungkin tiba pada milenium ketiga SM. Kelompok ini kemudian terpecah menjadi kelompok-kelompok yang membentuk masyarakat di wilayah Aegea. Termasuk Makedonia, Mycenaean, Pelasgian, Dorian, dan kelompok lainnya.
Tidak diketahui kapan orang Yunani kuno pertama kali mulai menceritakan kisah tentang Gunung Olympus atau pertama kali menganggapnya suci. Namun, ada kemungkinan bahwa beberapa cerita Yunani mungkin terinspirasi oleh peristiwa geologis yang sebenarnya dalam prasejarah manusia di wilayah Olympus. Salah satu contohnya adalah bukti adanya dampak asteroid atau komet, yang mungkin mengilhami cerita tentang pertempuran antara para dewa.
Pada masa Homer (800 SM), orang Yunani kuno menganggap Gunung Olympus sebagai tempat suci. Di Puncak Santo Antonius, salah satu puncak terendah di pegunungnya tersebut, terdapat bukti adanya kuil. Kuil itu merupakan tempat pengurbanan dilakukan untuk Zeus. Bukti ini mencakup tulang-tulang yang terbakar dan artefak seperti gambar petir.
Selain menjadi daerah suci, daerah di sekitar Gunung Olympus juga telah menyaksikan banyak pertempuran. Hal ini mungkin karena posisinya yang strategis antara Makedonia dan Thessaly.
Pentingnya pemujaan Gunung Olympus berlanjut hingga era Kristen, karena beberapa situs suci Kristen juga ada di wilayah Olympus. Kapel Elias, kapel Ortodoks Timur, dibangun di salah satu puncak di dekatnya pada ketinggian 2.803 meter.
Warisan Gunung Olympus
Karena pentingnya Gunung Olympus dalam mitologi Yunani dan agama Yunani kuno, Gunung Olympus menjadi simbol alam surgawi yang indah. Saat ini, bukan hal yang aneh jika puncak-puncak gunung yang signifikan diberi nama Gunung Olympus. Setidaknya 20 gunung diberi nama Gunung Olympus, sembilan di Amerika Utara, beberapa di Laut Aegea, dan beberapa di Australasia. Selain itu, setidaknya satu gunung luar angkasa diberi nama Gunung Olympus: gunung berapi raksasa, Olympus Mons, di Mars.
Gunung Olympus merupakan simbol abadi budaya Yunani kuno dan budaya Barat secara umum. Dewa-dewa Olympus terus meninggalkan jejak pada budaya Barat. Gunung Olympus telah menjadi simbol sesuatu yang terbaik di bidangnya atau jenisnya, misalnya, Olimpiade. Dampak ini dapat dilihat dari keberadaan dewa-dewa Olympus, atau padanannya di Romawi, dalam literatur, sains, dan budaya populer Barat. Misalnya, sebagian besar objek utama di tata surya diberi nama dewa-dewa Yunani dan Romawi.
Hampir semua planet tata surya saat ini dinamai berdasarkan dewa Olimpus atau analog Romawi mereka. Seperti Merkurius (Hermes), Venus (Aphrodite), Mars (Ares), Jupiter (Zeus), dan Neptunus (Poseidon). Pengecualiannya adalah Uranus dan Saturnus, yang secara teknis bukan dewa Olympus. Lebih jauh, salah satu planet kerdil dinamai berdasarkan Ceres (Demeter), serta asteroid terbesar yang diketahui, Vesta (Hestia).
Baik dalam literatur, film, atau astronomi, warisan Gunung Olympus, dan penghuninya yang abadi, masih hidup hingga saat ini.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR