Nationalgeographic.co.id—Meskipun punya reputasi sebagai pengganggu, lalat dalam dunia hewan turut memainkan peran penting sebagai salah satu penyerbuk paling produktif di muka bumi selain lebah. Baik lalat maupun lebah, keduanya membantu proses penyerbukan tanaman.
"Lebah dan lalat sangat penting untuk penyerbukan tanaman, baik di alam liar maupun di pertanian," kata Margarita López-Uribe, Lorenzo Langstroth Early Career Associate Professor of Entomology di Penn State, spesialis penyuluhan kesehatan penyerbuk.
Margarita bersama rekan-rekannya telah menerbitkan hasil sebuah riset di Journal of Melittology pada 11 Oktober 2024 berjudul “Critical thermal maxima differ between groups of insect pollinators and their foraging times: Implications for their responses to climate change.”
Penelitian baru tersebut menyelidiki toleransi terhadap panas untuk berbagai spesies lebah dan lalat di wilayah tropis dan subtropis di Amerika. Hasilnya, mereka menemukan bahwa peningkatan suhu menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi lalat daripada lebah, karena lebah dapat mentoleransi suhu yang jauh lebih tinggi daripada lalat dan memiliki rentang habitat yang lebih luas.
"Serangga penting ini jumlahnya menurun karena hilangnya habitat, pestisida, penyakit, dan meningkatnya ancaman perubahan iklim," tutur López-Uribe. “Lalat memainkan peran penting sebagai penyerbuk, kedua setelah lebah dalam hal volume tanaman dan habitat yang diserbukinya,” jelasnya.
Lalat sangat penting bagi kesehatan dan keanekaragaman ekosistem liar secara keseluruhan, karena mereka memfasilitasi reproduksi bagi spesies tanaman yang tak terhitung jumlahnya, yang pada gilirannya menyediakan makanan dan habitat bagi organisme lain.
Lalat juga semakin berkontribusi terhadap pertanian. Misalnya, lalat merupakan penyerbuk utama bagi pohon kakao yang menghasilkan buah yang digunakan untuk membuat cokelat.
Analisis tanaman pangan global tahun 2020 menemukan bahwa 105 tanaman pangan yang paling banyak ditanam dan mendapat manfaat dari penyerbuk memiliki nilai ekonomi bruto yang cukup tinggi dan mencakup banyak komoditas buah, sayur, dan kacang yang paling populer dan bergizi yang dikonsumsi di seluruh dunia.
Studi tersebut juga menemukan bahwa lalat, khususnya lalat terbang dan lalat hijau, secara konsisten berada tepat di belakang lebah sebagai penyerbuk utama.
Melihat kondisi ini, tentu saja lalat semakin terancam. "Sudah saatnya kita memberi lalat lebih banyak pengakuan atas perannya sebagai penyerbuk," kata López-Uribe. "Lalat memiliki peran yang signifikan, tetapi mereka tidak mendapat banyak perhatian dan mereka rentan dengan cara yang sama seperti lebah."
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Lalat Suka Makan Tahi, tapi Tidak Sakit?
Serangga sangat rentan terhadap peningkatan suhu, karena mereka memiliki kemampuan terbatas untuk mengatur suhu tubuh mereka sendiri, jelas López-Uribe.
Untuk memahami bagaimana spesies penyerbuk yang berbeda dapat mengatasi peningkatan suhu global, para peneliti mempelajari "termal kritis maksimum" atau CTMax lebah dan lalat yaitu suhu maksimum yang dapat mereka tahan sebelum kehilangan kemampuan untuk bergerak.
Tim menemukan bahwa lebah dapat menoleransi suhu yang jauh lebih tinggi daripada lalat. Rata-rata, CTMax untuk lebah adalah 2,3 derajat Celsius lebih tinggi daripada lalat.
Para peneliti juga menemukan bahwa rentang waktu dalam sehari memengaruhi toleransi panas lebah. Lebah yang mencari makan di pagi hari yang lebih dingin memiliki CTMax yang lebih tinggi daripada yang aktif di sore hari yang lebih hangat.
Selain itu, kondisi geografi juga ikut berperan dalam toleransi panas.
Tim peneliti menemukan bahwa lalat dan lebah dari daerah tropis dataran tinggi seperti Cajicá, Kolombia, memiliki nilai CTMax yang lebih rendah daripada rekan-rekan mereka yang ada di daerah subtropis seperti California dan Texas. Hal ini menunjukkan bahwa serangga di lingkungan dataran tinggi yang lebih dingin mungkin lebih rentan terhadap peningkatan suhu yang kecil sekalipun.
"Di lingkungan pegunungan Alpen dan subarktik, lalat merupakan penyerbuk utama," kata López-Uribe. "Penelitian ini menunjukkan kepada kita bahwa ada seluruh wilayah yang dapat kehilangan penyerbuk utamanya saat iklim menghangat, yang dapat menjadi bencana bagi ekosistem tersebut."
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR