Titik kemunculan elf sebagai peri natal muncul pada abad ke-19. Cerita terkait peri natal ini disebutkan dalam kesusastraan di AS pada 1823 tentang St. Nicholas, Santo dari Rusia yang sangat menyayangi anak-anak dan menjadi tokoh dalam perayaan hari Natal. Puisi menyebutkan bahwa Sinterklas adalah elf laki-laki tua yang periang.
Tahun 1857 menjadi momen paling penting dalam referensi kultur Natal, St. Nicholas sebagai Sinterklas, dan peri natal. Puisi bertajuk "The Wonders of Santa Claus" diterbitkan di Harper's Weekly dengan menyebut bahwa Sinterklas punya banyak elf.
Puisi itu menyebut Sinterklas dan para elf bekerja dengan sekuat tenaga untuk membuat jutaan benda-benda cantik, kue, permen, dan mainan yang akan dimasukkan kaus kaki yang digantung anak-anak--persis seperti kultur natal di AS.
Tradisi Natal modern muncul pada masa ini, menggambarkan Sinterklas dan para peri natal yang bekerja sepanjang tahun di bengkel. Keduanya bekerja di Kutub Utara. Narasi seperti ini relatif baru karena tidak ada catatan sebelumnya mengenai asal tempat Sinterklas bertinggal. Gambaran peri di bengkel dipopulerkan di majalah-majalah lainnya pada pertengahan abad ke-19.
Seniman AS Norman Rockwell memperkuat narasi kebudayaan ini dengan menjadikan Sinterklas sebagai pria berjanggut dan para peri natal yang bekerja keras untuk membangun rumah boneka pada 1922.
10 tahun kemudian, cerita kebersamaan Sinterklas dan para peri natal dibuat oleh Disney dalam sebuah film pendek "Santa's Workshop." Sinterklas saat itu masih digambarkan dengan pakaian biru. Bersama para peri, dia menyiapkan kereta luncurnya, menggosok gigi rusa terbang, dan membuat daftar nama anak-anak yang akan menjadi penerima hadiah.
Tidak ada peri natal di Eropa
Popularitas peri natal cenderung berasal dari AS. Di Eropa, justru sebaliknya, elf digambarkan secara tradisional, alih-alih sebagai makhluk yang membantu Sinterklas. Islandia, misalnya, menyebut elf atau alfar sebagai sosok penganggu yang masih berkeliaran di pedesaan.
Demikian halnya dengan budaya natal di Belanda. Sinterklas tidak digambarkan sebagai pria tua gendut yang dikelilingi peri natal, melainkan dibuat otentik sebagai Santo Nicholas yang dirayakan setiap 5 Desember. Pendamping Santo Nicholas juga bukan kurcaci, melainkan petai hitam (zwarte piet) yang kontroversial karena warna kulitnya hitam.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR