Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian komprehensif yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Nature, telah mengungkap tren menarik dalam opini publik global mengenai teknologi penghapusan karbon dioksida (CDR) dalam satu dekade terakhir.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Tim Repke, bersama koleganya Dr. Finn Müller-Hansen, Dr. Emily Cox, dan Dr. Jan C. Minx, telah menganalisis jutaan percakapan di media sosial, khususnya Twitter
Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana masyarakat memandang berbagai metode yang diusulkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim.
Dengan memanfaatkan kekuatan data, para peneliti berhasil mengumpulkan hampir 570.000 tweet dalam bahasa Inggris yang membahas 10 teknologi CDR yang berbeda antara tahun 2010 hingga 2022.
Metode-metode yang diteliti mencakup berbagai pendekatan, mulai dari solusi berbasis alam seperti sekuestrasi karbon tanah dan restorasi ekosistem, hingga teknologi canggih seperti penangkapan karbon langsung dari udara (DAC, termasuk DACS) dan bioenergi dengan penangkapan dan penyimpanan karbon (BECCS).
Metode lainnya yang juga menjadi fokus penelitian ini adalah afforestasi/reforestasi, karbon biru, cuaca buatan, pemupukan laut, alkalinisasi laut, biochar, dan berbagai kombinasi dari pendekatan-pendekatan tersebut.
Hasil analisis yang mendalam menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam diskusi publik mengenai CDR selama periode penelitian. Rata-rata, terjadi peningkatan sebesar 32% per tahun dalam jumlah percakapan yang membahas topik ini.
Temuan ini mengindikasikan adanya kesadaran yang semakin meningkat di kalangan masyarakat global tentang urgensi mengatasi perubahan iklim dan peran penting yang dapat dimainkan oleh teknologi CDR dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis secara umum memperlihatkan metode CDR di media sosial didominasi oleh metode konvensional. Sekitar 55% dari seluruh diskusi berpusat pada pendekatan tradisional ini, sementara teknologi CDR yang lebih baru dan inovatif hanya mampu menarik perhatian sebesar 17%.
Di antara metode konvensional, reboisasi dan restorasi ekosistem menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan dan mendapatkan respon positif dari pengguna. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat luas masih sangat bergantung pada pendekatan alami dalam mengatasi tantangan perubahan iklim.
Baca Juga: Ada Triliunan Dolar AS Menanti ASEAN Lewat Pasar Karbon, Bagaimana Indonesia?
Untuk memahami lebih dalam dinamika percakapan ini, seperti dilansir Carbon Herald, peneliti mengelompokkan pengguna Twitter berdasarkan tingkat aktivitas mereka dalam membahas topik CDR.
Pengguna yang jarang mencuit tentang CDR (satu atau dua tweet) cenderung lebih fokus pada metode konvensional seperti reboisasi.
Sebaliknya, pengguna yang sering membahas CDR (lebih dari 50 tweet) menunjukkan minat yang lebih besar terhadap teknologi CDR terbaru, seperti penangkapan karbon langsung dari udara (Direct Air Capture/DAC).
Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah peningkatan penerimaan publik terhadap berbagai metode CDR seiring berjalannya waktu.
Meskipun tingkat dukungan bervariasi antar metode dan kelompok pengguna, secara keseluruhan, masyarakat semakin terbuka terhadap solusi-solusi berbasis teknologi untuk mengatasi masalah perubahan iklim.
Namun, analisis lebih lanjut menunjukkan adanya pengecualian pada metode Bio-Energy with Carbon Capture and Storage (BECCS). Proporsi tweet positif terkait BECCS justru mengalami penurunan, mengindikasikan adanya kekhawatiran atau keraguan publik terhadap metode ini.
KOMENTAR