Legenda Afrika mengatakan bahwa Iroko tinggal di puncak pohon, di tajuknya, dengan dahan-dahannya menjulang tinggi ke langit sehingga dianggap sebagai singgasana Tuhan.
Ada berbagai macam roh yang tinggal di inti pohon dan tugas mereka adalah mencegah Iroko turun ke bawah inti bumi. Konon, roh manusia Iroko dapat terdengar di rumah-rumah yang menggunakan kayu Iroko, karena rohnya terperangkap di dalam kayu tersebut.
Iroko dan Hal Supranatural
Meskipun terdengar tidak masuk akal, ada banyak cerita tentang orang-orang yang mengalami kemalangan besar tak lama setelah menebang pohon Iroko. Misalnya, di Daerah Pemerintah Daerah Negara Bagian Edo di Nigeria, ratusan penduduk asli memutuskan untuk meninggalkan rumah mereka setelah sejumlah kematian misterius.
Kematian tersebut dimulai tak lama setelah pohon Iroko berusia 500 tahun ditebang, yang memungkinkan roh-roh yang tinggal di pohon tersebut melarikan diri. Hingga mereka menenangkan para dewa, konon orang-orang yang menebang pohon tersebut dan keluarga mereka akan terus menderita.
Pemujaan terhadap pohon Iroko sendiri merupakan praktik yang memiliki akar dalam tradisi spiritual dan ekologi di berbagai komunitas di Afrika.
Pohon ini tidak hanya dihargai karena nilai ekonominya sebagai sumber kayu, tetapi juga karena peran pentingnya dalam kepercayaan dan praktik budaya. Dalam konteks ini, pemujaan pohon Iroko sering kali terkait dengan nilai-nilai spiritual yang mendalam dan praktik konservasi yang berkelanjutan.
Secara ekologis, Iroko memiliki karakteristik unik yang memengaruhi lingkungan sekitarnya. Penelitian menunjukkan bahwa pohon ini dapat memengaruhi distribusi nutrisi tanah melalui proses mineralisasi biologis yang terjadi di bawah pengaruhnya.
Misalnya, penelitian oleh Olivier Braissant, seorang peneliti senior di Universitas Basel, Swiss, ia bersama dengan peneliti lainnya, Guillaume Cailleau dan Michel Aragno menunjukkan bahwa Iroko dapat meningkatkan presipitasi karbonat dalam tanah tropis, yang berkontribusi pada peningkatan pH tanah meskipun kondisi tanah biasanya bersifat asam.
Hal ini menunjukkan bahwa pohon Iroko tidak hanya berfungsi sebagai sumber daya alam, tetapi juga sebagai elemen penting dalam menjaga kesuburan tanah dan keberlanjutan ekosistem.
“Dari perspektif budaya, pemujaan terhadap pohon Iroko sering kali berkaitan dengan praktik konservasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal,” tulisnya dalam Biologically induced mineralization in the tree Milicia excelsa (Moraceae), yang terbit dalam jurnal Geobiology tahun 2011.
Baca Juga: Menanam Pohon Serentak se-Indonesia, PGN Berkomitmen Tebus Emisi Karon
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR