Nationalgeographic.co.id—Hutan merupakan tempat suci yang sering kali menjadi tempat untuk beribadah dan ritual spiritual dalam budaya Afrika. Berbagai kelompok etnis bahkan memuja pohon dan rumpun pohon tertentu sebagai tempat tinggal roh atau dewa di Afrika.
Misalnya, suku Yoruba yang berasal dari Nigeria barat daya dan wilayah tetangga Benin serta Togo menganggap suci pohon Iroko, karena percaya bahwa pohon itu menyimpan roh yang kuat.
Kepercayaan spiritual ini memastikan bahwa hutan dilindungi dari bahaya dan eksploitasi, sehingga menumbuhkan rasa hormat yang mendalam terhadap alam.
Pohon Iroko adalah pohon kayu keras besar yang tumbuh di daerah tropis Afrika, khususnya di pantai barat di negara-negara seperti Ghana, Guinea, Angola, Benin, dan Mozambik.
Meskipun kadang-kadang dikenal sebagai Jati Nigeria atau Afrika, pohon Iroko tidak termasuk dalam keluarga jati. Bahkan, kayunya sebenarnya sangat mirip dengan jati, menjadikannya alternatif yang semakin populer dan lebih terjangkau.
Kekuatan, daya tahan, dan ketahanan kayu Iroko terhadap pembusukan membuatnya memiliki sejumlah potensi aplikasi, mulai dari konstruksi, furnitur dan pertukangan, hingga panel, pembuatan perahu, dan lantai.
Pemujaan Pohon di Afrika
Orang-orang di Afrika menyembah pohon dan hutan karena mereka percaya roh leluhur mereka hidup di dalamnya. Pohon yang dianggap suci sering kali dirawat dan dipahat dengan sangat baik, dan menyediakan tempat yang terlindung di mana pertemuan masyarakat dapat diadakan, seperti tarian, ritual, dan sidang pengadilan.
Dalam beberapa agama, pohon suci juga dianggap memiliki kekuatan magis untuk menghukum, menyembuhkan, dan bahkan melakukan mukjizat. Tiga kelompok Afrika yang paling terkenal yang menyembah pohon adalah Yoruba, Olukomi, dan Voodun.
Suku Yoruba percaya bahwa pohon Iroko dihuni oleh roh yang disebut manusia Iroko. Siapa pun yang berhadapan langsung dengan manusia Iroko akan menjadi gila dan cepat mati, itulah sebabnya pohon itu sangat ditakuti.
Siapa pun yang mencoba menebang pohon Iroko akan mengalami kemalangan yang mengerikan kecuali mereka berdoa setelahnya untuk melindungi diri mereka sendiri.
Baca Juga: Seribu Bibit di Semarang demi Konservasi Tanah, Air, dan Ketahanan Pangan
Legenda Afrika mengatakan bahwa Iroko tinggal di puncak pohon, di tajuknya, dengan dahan-dahannya menjulang tinggi ke langit sehingga dianggap sebagai singgasana Tuhan.
Ada berbagai macam roh yang tinggal di inti pohon dan tugas mereka adalah mencegah Iroko turun ke bawah inti bumi. Konon, roh manusia Iroko dapat terdengar di rumah-rumah yang menggunakan kayu Iroko, karena rohnya terperangkap di dalam kayu tersebut.
Iroko dan Hal Supranatural
Meskipun terdengar tidak masuk akal, ada banyak cerita tentang orang-orang yang mengalami kemalangan besar tak lama setelah menebang pohon Iroko. Misalnya, di Daerah Pemerintah Daerah Negara Bagian Edo di Nigeria, ratusan penduduk asli memutuskan untuk meninggalkan rumah mereka setelah sejumlah kematian misterius.
Kematian tersebut dimulai tak lama setelah pohon Iroko berusia 500 tahun ditebang, yang memungkinkan roh-roh yang tinggal di pohon tersebut melarikan diri. Hingga mereka menenangkan para dewa, konon orang-orang yang menebang pohon tersebut dan keluarga mereka akan terus menderita.
Pemujaan terhadap pohon Iroko sendiri merupakan praktik yang memiliki akar dalam tradisi spiritual dan ekologi di berbagai komunitas di Afrika.
Pohon ini tidak hanya dihargai karena nilai ekonominya sebagai sumber kayu, tetapi juga karena peran pentingnya dalam kepercayaan dan praktik budaya. Dalam konteks ini, pemujaan pohon Iroko sering kali terkait dengan nilai-nilai spiritual yang mendalam dan praktik konservasi yang berkelanjutan.
Secara ekologis, Iroko memiliki karakteristik unik yang memengaruhi lingkungan sekitarnya. Penelitian menunjukkan bahwa pohon ini dapat memengaruhi distribusi nutrisi tanah melalui proses mineralisasi biologis yang terjadi di bawah pengaruhnya.
Misalnya, penelitian oleh Olivier Braissant, seorang peneliti senior di Universitas Basel, Swiss, ia bersama dengan peneliti lainnya, Guillaume Cailleau dan Michel Aragno menunjukkan bahwa Iroko dapat meningkatkan presipitasi karbonat dalam tanah tropis, yang berkontribusi pada peningkatan pH tanah meskipun kondisi tanah biasanya bersifat asam.
Hal ini menunjukkan bahwa pohon Iroko tidak hanya berfungsi sebagai sumber daya alam, tetapi juga sebagai elemen penting dalam menjaga kesuburan tanah dan keberlanjutan ekosistem.
“Dari perspektif budaya, pemujaan terhadap pohon Iroko sering kali berkaitan dengan praktik konservasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal,” tulisnya dalam Biologically induced mineralization in the tree Milicia excelsa (Moraceae), yang terbit dalam jurnal Geobiology tahun 2011.
Baca Juga: Menanam Pohon Serentak se-Indonesia, PGN Berkomitmen Tebus Emisi Karon
Misalnya di Benin, Iroko sering ditemukan di tempat-tempat suci dan di lahan pertanian, di mana keberadaannya dilindungi oleh praktik etnobotani tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mengaitkan keberadaan pohon ini dengan nilai-nilai spiritual dan identitas budaya mereka.
Selain itu, penelitian oleh Christine Ouinsavi dan Nestor Sokpon menyoroti bahwa pohon Iroko yang tersisa di Benin sangat terkait dengan sistem agroforestri yang berfungsi untuk melestarikan sumber daya genetik.
"Praktik ini mencerminkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga pohon Iroko sebagai bagian dari warisan budaya dan ekologi mereka," ungkapnya.
"Lebih jauh lagi, pemujaan pohon Iroko juga mencerminkan hubungan spiritual yang dalam antara manusia dan alam," jelas Ouinsavi dan Sokpon dalam jurnal Agroforest Syst tahun 2008 silam.
"Dalam banyak tradisi Afrika, pohon dianggap sebagai tempat tinggal roh dan dewa, dan pemujaan terhadap pohon ini sering kali melibatkan ritual dan upacara yang bertujuan untuk menghormati dan menjaga hubungan ini," ungkap peneliti.
"Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa praktik spiritual dan kepercayaan terhadap kekuatan alam memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam dan keberlanjutan lingkungan," jelasnya.
Dengan demikian, pemujaan pohon Iroko tidak hanya merupakan tindakan penghormatan terhadap alam, tetapi juga merupakan bagian integral dari sistem kepercayaan yang lebih luas yang mengatur interaksi manusia dengan lingkungan mereka.
Secara keseluruhan, pemujaan pohon Iroko mencerminkan kombinasi antara nilai ekologis dan spiritual yang mendalam. Melalui praktik ini, masyarakat tidak hanya melestarikan pohon sebagai sumber daya, tetapi juga menjaga hubungan mereka dengan alam dan warisan budaya mereka.
Oleh karena itu, penting untuk memahami pemujaan ini dalam konteks yang lebih luas, yang mencakup aspek ekologis, budaya, dan spiritual yang saling terkait.
Pada zaman modern, banyak hutan dan pohon suci di Afrika telah diakui karena signifikansi ekologis dan budayanya, yang mengarah pada tindakan perlindungan formal.
Jadi, prinsip-prinsip pemujaan hutan tradisional telah diintegrasikan ke dalam strategi konservasi kontemporer. Berbagai organisasi dan pemerintah mengakui pentingnya pengetahuan dan praktik adat dalam mengelola sumber daya alam.
Hutan suci sering kali dimasukkan dalam jaringan kawasan lindung, dan inisiatif konservasi berbasis masyarakat memanfaatkan penghormatan tradisional terhadap alam untuk mendorong pengelolaan berkelanjutan.
Perpaduan antara kearifan kuno dan ilmu pengetahuan modern ini dianggap efektif dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan integritas ekologi.
Baca Juga: Sejarah Pohon Natal: Tradisi Pagan Kuno hingga Ancaman Ekosistem
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR