Nationalgeographic.co.id—Mosaik Aleksander yang luar biasa merupakan artefak berharga yang diselamatkan dari reruntuhan Pompeii. Mosaik ini memiliki kisah asal-usul yang hampir sama menariknya dengan kisah pria legendaris yang digambarkannya.
Kekaisaran Makedonia milik Aleksander Agung yang membentang dari wilayah Balkan hingga Pakistan modern seolah tercermin dari asal-usul keping-keping mosaik tersebut.
Berjumlah hingga dua juta, keping mosaik itu ditambang dari tambang di seluruh Eropa. Mulai dari Semenanjung Italia di timur hingga Semenanjung Iberia di barat.
Beberapa keping bahkan berasal dari tempat yang jauh seperti Tunisia. Hal ini menunjukkan betapa banyak waktu, tenaga, dan uang yang dikeluarkan oleh pemiliknya yang berasal dari Romawi untuk menghasilkan sebuah mahakarya.
Sampai saat ini, kebenaran tentang asal geografis mosaik tersebut masih diragukan, tetapi tidak diketahui secara pasti. Hingga kemudian muncullah sebuah studi baru yang baru saja diterbitkan dalam jurnal PLOS One.
Studi tersebut bertajuk From tiny to immense: Geological spotlight on the Alexander Mosaic (National Archaeological Museum of Naples, Italy) using non-invasive in situ analyses.
Peneliti mengungkap semua fakta tentang sumber keping yang membentuk mahakarya kuno tersebut.
Apa itu mosaik Aleksander?
“Mosaik Aleksander dibuat dan dipasang di lantai rumah pemiliknya pada akhir abad kedua SM,” tulis Nathan Falde di laman Ancient Pages. Mosaik ini adalah milik keluarga elite yang tinggal di Pompeii.
Pompeii pernah menjadi tujuan populer bagi para bangsawan dari seluruh Kekaisaran Romawi. Namun kota itu kemudian terkubur di bawah lava dan puing-puing setelah letusan dahsyat Gunung Vesuvius pada tahun 79.
Mosaik Aleksander Agung itu ditemukan selama penggalian di Pompeii pada 1831, dalam kediaman elite yang dikenal sebagai Rumah Faun. Faun adalah makhluk dari mitologi Romawi. Saat ini, mosaik sohor itu dipajang di Museum Arkeologi Nasional Naples.
Baca Juga: Kisah Alexandria, Kota Metropolitan Ikonik dalam Sejarah Yunani Kuno
Mosaik ini sangat besar, berukuran 2,7 meter kali 5 meter. Ketika masih utuh (beberapa bagian hilang), mosaik ini terdiri dari dua juta ubin terpisah. Mosaik Aleksander Agung ini adalah karya seni yang mencolok dan penuh warna. Mosaik ini menggambarkan pertempuran yang terjadi antara pasukan Makedonia Aleksander Agung dan pasukan Persia Darius III.
Ada satu pohon tunggal di latar belakang adegan pertempuran. Pohon tersebut membuat banyak orang menyimpulkan bahwa mosaik tersebut seharusnya menggambarkan Pertempuran Issus. Pertempuran yang berlangsung pada tahun 333 SM itu terjadi di dekat perbatasan Turki-Suriah modern.
Beberapa teks abad pertengahan dan Arab memiliki bagian yang dikhususkan untuk konfrontasi ini. Dan mereka mencatat bahwa penduduk setempat menyebutnya sebagai “pertempuran pohon kering” atau “pohon tunggal”.
Ada satu hal yang tidak sepenuhnya asli dari mosaik Aleksander. Para sarjana percaya itu adalah salinan lukisan Helenistik dari akhir abad keempat atau awal abad ketiga SM. Lukisan itu dibuat ketika kenangan kemenangan Aleksander masih segar dalam ingatan orang-orang.
Mosaik utama dunia Romawi
Peneliti menyebut objek yang membuat mereka terpesona sebagai “mosaik terpenting di zaman Romawi.” Hal ini menjelaskan motivasi mereka untuk mempelajari mosaik tersebut lebih mendalam. Dengan menggunakan mesin fluoresensi sinar-X portabel, peneliti mengidentifikasi elemen-elemen tertentu dalam objek yang lebih besar.
Karya ini merupakan bagian dari proyek restorasi yang diluncurkan oleh Museum Arkeologi Nasional Naples pada 2020. Menurut temuan tim, Tesserae (ubin untuk membuat mosaik) tersusun dari sepuluh jenis warna. Warna-warna itu dipadukan secara ahli untuk meningkatkan efek artistik yang menjadi ciri khas Mosaik Aleksander.
Warna-warna ini meliputi corak putih, cokelat, merah, kuning, merah muda, hijau, abu-abu, biru, hitam, dan vitreous (kaca). Semuanya menampilkan beragam menu tekstur mikro yang dipadukan secara ahli untuk meningkatkan efek artistik karya seni.
Banyak upaya dilakukan untuk memastikan wajah Aleksander Agung serealistis mungkin, tulis para peneliti. Mosaik itu terdiri dari beberapa corak tesserae merah muda dengan perubahan yang cukup besar dalam efek pendaran cahaya. Kemungkinan terkait dengan komposisi kimia yang berbeda dari tesserae tersebut.
Hal ini menunjukkan perhatian terhadap detail. Detail tersebut membuat mosaik ini mungkin representasi wajahnya yang paling ikonik dan terkenal dalam seni kuno.
Para peneliti juga dapat mempelajari lebih lanjut tentang sumber bahan yang digunakan untuk membuat ubin mosaik tersebut. Mereka menemukan bahwa tesserae putih kemungkinan dibuat dari marmer yang digali di Pegunungan Alpen Apuan. Daerah ini merupakan sumber marmer berkualitas tinggi di dunia kuno dari abad pertama SM hingga abad ketiga Masehi.
Melihat komposisi kimia dari tesserae berwarna lainnya, peneliti menemukan bahwa ubin berwarna merah muda kemungkinan berasal dari Portugal. Sedangkan ubin kuning dari kota Romawi Simitthus di tempat yang sekarang disebut Tunisia. Dan ubin merah tua dari Tanjung Matapan, Yunani.
Para peneliti terkejut saat mengetahui bahwa ubin tersebut telah dicat dengan lapisan pelindung lilin alami dan gipsum mineral. Namun, mereka menyimpulkan bahwa bahan-bahan ini digunakan selama proyek restorasi lain yang pasti telah terjadi lebih awal di era modern.
Para peneliti telah lama menduga bahwa mosaik tersebut terdiri dari ubin terbaik dan paling menarik yang dapat dibeli dengan uang.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa mosaik Aleksander merupakan karya seni yang spektakuler pada masanya. Karya seni ini dirancang untuk memberikan kesan yang mendalam kepada para pemirsanya.
Selain itu, juga berfungsi sebagai harta bergengsi bagi pemilik elite yang ingin dikaitkan dengan salah satu tokoh paling terkenal di zaman kuno.
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR